Tebuireng.online– Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur bekerjasama dengan Aslamiyah Foundation dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Kerja sama ini diperkuat dalam acara “Academic Forum Between Unhasy and Aslamiyah Foundation The Growth Of Islam in Europe and Asia” di gedung Rektorat Unhasy Tebuireng, Rabu (1/1/20).
Menurut Wakil Rektor III Unhasy, Mif Rohim, Aslamiyah Foundation merupakan sebuah wadah bagi jamaah Thariqat Naqsabandy termasuk thariqat mu’tabar yang banyak dilakukan para kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU). Sehingga dalam dakwah Islam ada banyak kesamaan dengan Unhasy dan Tebuireng.
Kerja sama selanjutnya bisa dilakukan dengan pertukaran informasi, pertukaran pelajar, dan kerja sama dalam syiar agama Islam yang ramah.
“Tujuan Aslamiyah datang ke Indonesia, khususnya ke Unhasy sesuai mottonya yaitu Love, Care, dan harmony,” katanya.
Lanjutnya, kedua institusi sepakat dakwah dengan gaya tasamuh, ishlahiyyah dalam beragama dan berbangsa akan dapat meningkatkan populasi umat Islam sekaligus bisa menurunkan gerakan ekstrem sekaligus bisa menyadarkan para pelaku ekstrem baik kanan maupun kiri.
Hal ini sejalan dengan ideologi Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari yang menggunkan manhaj Al-Tawasuthiyyah (moderasi), Islahiyyah (akomodatif) dan Manhajiyyah (metodologis) sebagai benteng Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Masuknya Islam di Asia khususnya di Indonesia, dengan berkembangnya Islam di Eropa khususnya di Inggris tempat Aslamiyah ternyata esensinya sama yaitu tidak melalui kekerasan,” tambahnya.
Dalam pertemuan ini dipaparkan bagaimana Islam di Indonesia berkembang melalui akulturasi budaya dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan di Inggris dengan merangkul seperti kegiatan charity yang ditujukan untuk semua masyarakat tidak terkecuali non muslim. Sehingga dengan cara seperti itu Islam berkembang. Efeknya, masyarakat muslim Inggris saat kurang lebih 2 juta, masjid juga sudah bertebaran di mana-mana.
“Unhasy merupakan universitas yang menjadikan pemikiran Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari sebagai inspirasi dan dasar dalam idiologi beragama dan bernegara. Sedangkan mereka (Aslamiyah) dengan pendekatan doktrin Thariqat Naqsabandiyah, ini tak jauh berbeda,” ungkap Rohim.
Sementara itu, salah satu dosen Pendidikan Bahasa Arab Unhasy, Fathur Rohman yang mendampingi para tamu dari negeri Ratu Elizabeth menjelaskan lebih jauh tujuan kedatang Aslamiyah karena di Indonesia umat Islam adalah terbesar di dunia, orangnya ramah, dan banyak peninggalan makam para wali yang terjaga rapi.
“Ini bagian usaha mereka membuat citra Islam adalah agama yang damai di Inggris, muslim bukan radikal,” ujar dosen yang ahli bahasa Arab ini.
Perwakilan Aslamiyah juga menceritakan awal kedatangan tokoh mereka Syaikh Muhammad Asghar ke Inggris tahun 1960-an yang saat itu sangat sulit mencari masjid untuk ibadah salat Jumat dan fardlu. Barulah setelah dilakukan usaha pendekatan yang cukup lama maka berdiri lah masjid. Kini seluruh Inggris ada ratusan masjid.
“Kedua belah pihak sepakat saling bekerjasama sebagai saudara sesama muslim,” pungkasnya.
Pewarta: Syarif Abdurrahman