Sambutan Gus Sholah di depan para tamu dari LP Ma’arif NU Jawa Tengah, Ahad (29/01/2017) di Aula lantai 3 Gedung KH. Yusuf Hasyim. (Foto: Abror)

tebuireng.online- Pondok Pesantren Tebuireng mendapat kunjungan dari LP Ma’arif NU Jawa Tengah, pada Kamis (29/01/17) kemarin. Kunjungan tersebut mendapat sambutan hangat. Pasalnya Pengasuh, Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid ikut menyambut rombongan yang terdiri dari 89 pengurus beserta beberapa keluarga di Aula lantai 3 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim.

Ketua LP Ma’arif NU, Drs. H. Agus Shofwan Hadi, menuturkan bahwa maksud dari kunjungan ini adalah selain untuk menjalin hubungan silaturahmi juga untuk meminta wejangan dari KH. Salahhuddin Wahid mengenai akhlak dan kualitas pendidikan di Indonesia. Beliau juga meminta pendapat tentang kondisi NU sekarang ini dan bagaimana menentukan sikap menanggapi peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia.

Dalam kunjungan ini, KH. Salahhuddin Wahid atau Gus Sholah memberikan wejangan-wejangan mengenai pendidikan akhlak di Indonesia. Berbicara tentang akhlak, Gus Sholah memaparkan bahwa itu merupakan tugas para pendidik untuk mendidik anak-anak dengan baik. Dalam hal ini, beliau menekankan pentingnya pendidikan akhlak, karena menurut beliau masalah yang sekarang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan nasional adalah akhlak.

“Pendidikan di Indonesia ini sudah terlalu banyak penyakit, tapi kita tidak tahu kalau kita sedang sakit,” tutur Gus Sholah memberikan wejangan. Mengenai dunia pendidikan, Gus Sholah menyarankan supaya diadakan uji kompetensi bagi para guru di lingkungan LP Ma’arif NU agar dapat diketahui kualitasnya.

“LP Ma’arif sebagai lembaga yang ada di dalam NU bidang pendidikan harus bersama memperbaiki pendidikan dengan meningkatkan kualitas guru. Meningkatkan kualitas pengajaran berarti juga memperbaiki metode pengajarannya,” tambah putra KH. Wahid Hasyim tersebut.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain berbicara mengenai akhlak dan pendidikan, Gus Sholah juga menyinggung tentang problem kejujuran di Indonesia yang semakin buruk. “Kejujuran di negara kita itu sangat rendah. Para pejabat yang jujur di negara ini paling tidak hanya 10 persen.

Negara yang paling jujur di dunia adalah Denmark. Padahal mayoritas penduduknya adalah Atheis,” kata Gus Sholah. Sedangkan negara yang penduduknya beragama khususnya Indonesia, lanjut beliau, malah tidak bisa membiasakan kejujuran.

Beliau mengutip guyonan dari Prof. Dr. Imam Suparyogo. “Akhlaknya anak paud dengan anak TK bagusan mana? Bagusan anak paud. Lalu akhlaknya anak TK dengan anak SD bagusan mana? Bagusan anak TK. Lalu akhlaknya anak SD dengan SMP bagusan mana? Bagusan anak SD. Lalu akhlaknya anak SMP dengan SMA bagusan mana? Bagusan anak SMP. Berarti kalau jadi profesor paling tidak jujur itu,” tukas beliau menirukan humor Prof. Imam Suprayogo dan disambut tawa hadirin.

Setelah pembacaan doa, pihak LP Ma’arif NU Jateng menyerahkan cinderamata kepada Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid. Selanjutnya, rombongan berziarah ke makam Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan para Masyayikh Tebuireng lainnya untuk berdoa bersama sebelum meninggalkan Tebuireng menjelang adzan Maghrib berkumandang.