Sumber: Pewarta

Tebuireng.online – Kamis (20/9/18) sekitar pukul 20.00 WIB, acara Jam’iyah Kubro Kudaireng  (Kumpulan Da’i Tebuireng) dan Kubahireng (Kumpulan banjari dan Hadrah Tebuireng) dilaksanakan untuk kesekian kali. Acara ini diikuti oleh seluruh anggota Kudaireng dan Kubahireng, baik dari santri putra maupun putri. Masjid Ulul Albab dipenuhi hadirin yang membeludak. Acara sangat meriah dengan lantunan shalawat al-banjari yang dipersembahkan langsung oleh Kubahireng.

“Kudaireng dan Kubahireng ini merupakan dua organisasi yang mewadahi bakat minat santri. In syaa Allah akan mencapai tingkat nasional bahkan dunia,” Ungkap ustadz Iskandar selaku Kepala Pondok Putra Pesantren Tebuireng dalam sambutan.

Dilanjutkan dengan sambutan Mudir bidang pendidikan Pesantren Tebuireng, Bapak H. lukman Hakim menuturkan bahwasanya keberhasilan seorang santri itu tergantung bagaimana ia ketika berada di pondok pesantren. Santri mencari apa yang akan ia dapatkan. “Barokah itu dapat diperoleh oleh santri yang selalu takzim kepada masyayikh (guru-guru), dan muballigh yang baik adalah muballigh yang bisa menancapkan dirinya menjadi tauladan yang baik,” imbuh beliau.

Menjadi seorang da’i tentu bukanlah pilihan yang mudah. Karena semakin ke depan, tantangan semakin berat.  Dalam sambutan yang ketiga,  Gus Fahmi Amrullah membagi tingkatan-tingkatan da’i menjadi empat macam. Yang pertama,  dai yang pintar (bisa memberikan mauidhoh hasanah). Yang kedua,  da’i luar biasa (bisa memberi uswatun hasanah). Yang ketiga da’i hebat (bisa menjadi qudwatun hasanah). Yang keempat, da’i istimewa (ucapaannya mampu memberikan dorongan orang lain untuk melakukan atau ucapannya diikuti).

Setelah beberapa sambutan disampaikan, acara puncak diisi oleh KH. Bahrul Ulum dari Mojokerto. Dalam mauidhoh, beliau memotivasi santri untuk selalu mengingat Allah, semangat belajar, menjaga ilmu dan mengamalkannya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Jagalah diri untuk selalu mengingat kalau kalian belajar hanya untuk mencari ilmu,  jangan sampai pacaran,  tidak melanggar peraturan. Ajaklah otak kanan-kiri,  mulut,  mata,  dan hati kita supaya sambung dengan Allah. Kalau sudah seperti itu in syaa Allah ilmunya manfaat.” ungkap beliau menyemangati para santri.

Selain itu beliau juga mengijazahi sebuah amalan untuk santri supaya dijadikan pegangan. Kemudian di akhir mauidhoh beliau berpesan tiga hal. Yang pertama, jangan lupa habis shalat lima waktu membaca al-fatihah kepada Rasulullah Saw., orang tua, dan guru. Yang kedua, jangan sampai meninggalkan shalat.  Yang terakhir, usahakan istiqomah shalat berjama’ah. Acara ditutup dengan doa dan di-amin-i oleh para hadirin.


Pewarta: Anis

Editor/Publisher: Muh Sutan