Peradaban Islam di Dunia
sumber gambar: google.com/sanad

Kontribusi Islam dalam Peradaban; Mu’jam A-‘Ain Kamus Arab Pertama di Dunia

Oleh: Putri Ulia Rahma*

Islam memberikan sumbangsih terhadap peradaban dunia atas capaian-capaian kemajuan teknologi serta keilmuannya. Muncul berbagai penemuan ilmiah, pusat keilmuan, serta para ilmuwan yang berkontribusi terhadap kemajuan peradaban. Salah satu capaian keilmuannya adalah kamus Arab pertama; Mu’jam Al-‘Ain atau Kitabul ‘Ain, cikal bakal kamus Arab serta menjadi sumber rujukan keilmuan pada masa Dinasti Umayyah.

Mu’jam atau kamus merupakan sumber penting dari ilmu pengetahuan yang dijadikan rujukan, sumber refrensi peristilahan dari makna berbagai kosa kata, yang memuat kosa kata suatu bahasa, diurutkan berdasarkan urutan tertentu dan memberikan penjelasan makna.

Biografi Penulis Mu’jam Al-‘Ain

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Penulis dari Mu’jam Al-‘Ain adalah Al-Khalil bin Ahmad bin ‘Amr bin Tamim Al-Farahidi, atau yang lebih masyhur dikenal Imam Khalil bin Ahmad Al-Farahidi, yang merupakan tokoh besar yang menguasai bidang Bahasa Arab di Bashrah. Imam Khalil lahir pada tahun 100 H dan wafat pada tahun 175 H (720-792 M).

Sejak kecil, Imam Khalil mempelajari berbagai ilmu dan turut serta dalam halaqah yang diadakan oleh para fuqaha’, muhaddits, serta ulama bahasa. Imam Al-Khalil berguru kepada ‘Isa bin Umar, seorang ulama dalam bidang Bahasa Arab dan qira’at Al-Quran, dan Abu Amru bin Al-‘Ala, seorang ulama bidang qira’at Al-Quran yang juga salah satu Imam Qira’at Tujuh; serta belajar dari nuqil-nuqil bangsa sebelumnya.

Imam Al-Khalil juga merupakan sahabat dari Ibnu Muqaffa’, tokoh penerjemah Kalilah wa Dimmah dari Bahasa Persia pada masa kepemimpinan Mu’awiyah. Keilmuan Al-Khalil sangatlah mumpuni. Bahkan, Al-Khalil menguasai ilmu bab-bab yang belum terungkap dan bisa terungkapkan olehnya. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh sahabatnya Al-Muqaffa’, bahwa akal Al-Khalil lebih banyak dari ilmunya.

Selain sebagai tokoh penulis Mu’jam Al-‘Ain, Imam Khalil juga merupakan tokoh peletak dasar ilmu ‘Arrudh, guru dari Imam Sibawaih, serta seorang tokoh ahli bahasa. Al-Khalil merupakan seorang yang zahid, ahli ibadah, wara’, dan sangat ikhlas jika ilmunya dimanfaatkan.

Mengapa disebut Al-‘Ain?

Dalam penyebarannya, Bahasa Arab menggunakan kamus sebagai penunjang serta penambah wawasan makna kosakata dalam sebuah teks. Beberapa faktor yang mendorong Bangsa arab untuk menghimpun Bahasa Arab, yang kemudian menjadikannya kamus-kamus Bahasa Arab, diantaranya adalah terdapat kebutuhan dalam menafsirkan ayat Al-Quran, keinginan menjaga eksistensi Bahasa Arab dalam bahasa tulisan, munculnya buku-buku tafsir masa awal kodifikasi Al-Quran dan hadits tentang kata-kata asing yang terdapat di dalamnya, serta munculnya berbagai ilmu metodologis pertama dalam Islam.

Mu’jam Al-‘Ain memiliki karakteristik yang khusus dalam penyusunannya. Imam Khalil menyusun Mu’jam Al’Ain berdasarkan pada urutan makharijul huruf yang dimulai dari makhraj paling dalam, yakni huruf ‘ain. Maka, disusunlah entri dari Mu’jam Al’Ain dengan urutan:

(ع ح ه خ غ) (ق ك) (ج ش ض) (ص س ز) (ط ت د) (ظ ذ ث) (ر ل ن) (ف ب م) (و أ ي)

Oleh karena itu, Imam Khalil menamakan Mu’jam Al-‘Ain karena urutan entri pada Kamus ‘Ain dimulai urutannya dari makhraj huruf paling dalam, yaitu huruf ‘ain.

Dari hal ini, Imam Khalil menciptakan metode baru yang belum pernah ada sebelumnya. Metode Imam Khalil ini kemudian menjadi kajian dan diikuti oleh para sarjana setelahnya dalam pengembangan kamus Bahasa Arab.

Imam Khalil juga menyusun kosa kata atas dasar huruf asli dari setiap kata tanpa memperhatikan huruf tambahan atau huruf yang dirubah dari huruf lain. Kemudian, membagi materi mu’jam atas dasar jumlah huruf dan bagian-bagian tersebut disebut dengan “Kitab” yang dinamakan dengan nama-nama huruf hijaiyah, misalnya ketika Al-Khalil memulai dengan kitab ‘ain, maka disebut dengan “Kitabul ‘Ain”, begitu pula seterusnya. Pada setiap kitab, diletakkan berbagai kosa kata yang mengandung huruf sesuai dengan nama kitab, baik huruf tersebut berada pada awal, tengah, maupun akhir.

Maka pada kitab selanjutnya tidak akan ditemukan kosa kata yang memiliki huruf-huruf yang tercakup dalam kitab sebelumnya. Seperti, dalam Kitabul Ha’ tidak akan ada kosa kata yang memiliki huruf ‘ain, karena semua kosa kata yang memiliki huruf ‘ain sudah tercakup dan terbahas dalam Kitabul ‘Ain. Sehingga pada bab awal memiliki lebih banyak pembahasan daripada bab selanjutnya, dan Kitabul ‘Ain menjadi bab yang paling banyak menyajikan kosa kata.

Imam Khalil menggunakan dalil atau syahid atas sumber syair Arab Jahiliy, al-Hadits, peribahasa Arab dan Al-Quran dalam menjelaskan makna dari masing-masing kata; juga menggunakan hadits Nabi sebagai dalil dalam penafsiran makna kosa kata dalam mu’jam.

Cara mencari kosa kata dalam kamus ini adalah dengan mengembalikan pada kata dasar tanpa ada tambahan, kemudian mencari huruf yang makhrajnya paling dalam yang sebagai penentu kitab dari kata tersebut berada. Selanjutnya, melihat jumlah huruf kata tersebut, dan akan diperoleh kata dasar dari kosa kata yang dicari.

Mu’jam al-‘Ain berpengaruh besar dalam penyusunan kamus Arab lain yang kemudian disesuaikan dengan sistem setiap dekade, dan banyak ulama yang mengembangkan teori kebahasaan yang bersumber dari Mu’jam Al-‘Ain.

Refrensi:

As-Sirjani, R. (2011). Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Jumhana, N. (2008). Imam Al-Kholil bin Ahmad Al-Farahidi dan Karyanya, Mu’jam al-‘Ain. Kajian Keislaman, 221.

Mahasnah, M. H. (2016). Pengantar Studi Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

*Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.