Tebuireng.online— Konferensi Pemikiran Islam Indonesia 2024 berlangsung khidmat di Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari (Minha), Tebuireng Jombang. Konferensi hari ini dihadiri oleh beberapa narasumber terkemuka diantaranya Erwien Kusuma, Rika Iffati, Imam Aziz, Fathurrahman, Irfan Afifi, Inayah Wahid, dan Lies Marcoes.
Kegiatan Konferensi ini diikuti sebanyak 145 peserta yang meliputi dari berbagai tamu undangan seperti Gusdurian, mahasiswa, kiai, cendikiawan, guru, aktivis, lembaga sosial, IPNU, PC Muslimat dan para santri di kabupaten Jombang. Adapun acara konferensi ini dilaksanakan selama 2 hari yakni tanggal 23-24 Agustus 2024.
Berdasarkan keterangan Humas MINHA, Ari Setiawan, acara ini diselenggarakan oleh Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari yang bekerja sama dengan tim Inayah Wahid.
“Adapun latar belakang diselenggarakannya acara ini berkaitan dengan revitalisasi juga membuat narasi baru terkait dengan pemikiran Islam yang ada di Indonesia,” terang alumni Unhasy itu.
Acara Konferensi dibuka dengan penampilan tari remo, salah satu tari kesenian yang berasal dari daerah Jawa Timur yaitu Jombang. Dalam pertunjukkan Tari Remo ini dibawakan oleh siswi dari SLB Negeri Jombang. “Dalam penampilan tari Remo yang dibawakan oleh siswi SLB ini, tersirat pesan bahwa, meski memiliki kekurangan dan keterbatasan, tidak menutup kemungkinan bisa melakukan apapun dan mengembangkan seni dan bakat yang dimiliki,” jelas Ari.
Setelah penampilan dari tari remo, acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Selanjutnya, doa bersama yang dipimpin oleh Ahmad Ali Mashudi yang berlangsung dengan penuh khidmat.
Pada kesempatan itu, Ketua Tim Narasi, Inayah Wahid memberi sambutan hangat kepada seluruh hadiri di Minha Tebuireng Jombang. Saat itu, Ia menyerukan narasi, “apa jadinya Indonesia, tanpa Islam Indonesia? Apakah dia akan bisa menjadi Indonesia seperti hari ini? Atau lebih dasar lagi, apakah dia bisa menjadi Indonesia? Akankah terbentuk Indonesia? Dan kalaupun terbentuk, bagaimana Indonesia tanpa Islam Indonesia? Akankah dia menjadi seperti yang ditakutkan banyak orang, menjadi Indonestan misalnya, atau menjadi negara sekuler atau seperti kata Gus Dur, menjadi Indonesia yang bukan-bukan? Apa jadinya Indonesia tanpa Islam Indonesia?” ungkapnya menyambut pelaksanaan Konferensi Pemikiran Islam itu.
Aktivis, sekaligus putri bungsu dari Gus Dur itu mengungkap bahwa apa yang ia tanyakan tadi merupakan hal yang dasar, di mana hal itu menjadi pondasi untuk menjawab kemerdekaan ke-79 tahun ini. “Kami berharap para pembicara yang bisa membantu kita untuk menjadi penting untuk dipelajari,” ungkapnya.
Inayah menjelaskan bahwa sebagai anak-anak muda, apa yang bisa dan harus kita lakukan adalah mempelajari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ia tuangkan tadi. “Maka kita bedah dan semoga kita bisa menemukan jawabannya di dalam dua hari ini,” harapnya.
Dilanjutkan dengan sambutan Wurwindari sebagai perwakilan Pj Bupati Kabupaten Jombang, dalam sambutannya mengungkap rasa bangga dan menyambut baik atas terselenggaranya acara ini.
“Semoga melalui forum ini kita dapat menggali berbagai gagasan, menemukan solusi cerdas, dan memperkuat komitmen kita terhadap persatuan dan kesatuan bangsa,” ungkapnya.
Kegiatan Konferensi hari ini berjalan dengan lancar dan berakhir pada sore hari, tepatnya pada pukul 17.15 WIB. Konferensi ini akan berlanjut besok, Sabtu (24/8/2024) di lokasi yang sama dengan para tokoh, yaitu: Rika Iffati, Fathurrahman, Erwin, Anang Firdaus, Inayah Wahid, Roy Murtadho, Emma Rahmawati.
Pewarta: Ara