Tebuireng.online— Pesantren Tebuireng mengundang UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, gelar pelatihan dan pendampingan pesantren ramah santri. Acara yang diikuti pengurus dan pembina santri ini diselenggrakan di gedung Balai Diklat Tebuireng, Jombok Jombang, pada Sabtu (31/8/2024).
Dalam sambutan penyelenggara, pelatihan dan pebimbingan tersebut diadakan bertujuan untuk membangun dan menciptakan pesantren yang aman dan nyaman bagi para santri sebagaimana banyak kasus yang terjadi di pondok pesantren seperti pembullyan dan kekerasan yang dialami oleh para santri.
Dr. Mohammad Mahpur, salah satu mentor mengungkap bahwa komunikasi merupakan salah satu komponen penting dalam menciptakan pesantren yang ramah santri. Sehingga menurutnya, pembina dan pengurus harus mampu menciptakan komunikasi yang baik kepada santri.
“Komunikasi merupakan proses penyaluran ide yang mengapresiasi keberadaan seseorang menjadi lebih berharga,” ungkapnya membuka materi pelatihan dan pembinaan.
Bagi Dosen UIN Malang itu, komunikasi merupakan proses yang sangat penting dalam menyampaikan ide dan menghargai eksistensi seseorang. Melalui komunikasi, kita tidak hanya berbagi informasi, tetapi juga membangun hubungan, mengapresiasi satu sama lain, dan menciptakan pemahaman bersama.
Dengan komunikasi yang baik, menurutnya kita dapat membuat orang merasa dihargai dan diperhatikan, yang pada gilirannya meningkatkan nilai dan hubungan sosial kita.
“Dalam komunikasi yang efektif, audiens harus selaludi posisikan sebagai pusat perhatian, di mana mereka diperlakukan setara dan saling memahami dengan komunikator,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa komunikator perlu memahami audiens secara mendalam, termasuk latar belakang, kebutuhan, dan ekspektasi mereka. Pesan harus disesuaikan dengan audiens, menggunakan bahasa dan gaya yang sesuai agar mudah dimengerti.
“Selain itu, penting bagi komunikator untuk berfokus pada apa yang menjadi kepentingan audiens, mengidentifikasi elemen-elemen dalam pesan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka,” pesannya.
Termasuk salah satu tugas dalam berkomunikasi adalah aktif mendengarkan umpan balik dan respons audiens juga krusial, karena ini menunjukkan bahwa opini mereka dihargai dan bahwa komunikator siap untuk beradaptasi jika diperlukan.
“Untuk menciptakan keterlibatan yang lebih besar, teknik interaktif seperti bertanya atau mengundang diskusi dapat digunakan,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengajak para peserta berdiskusi, ceramah, roleplay, yang bertujuan untuk membantu peserta mampu memahami posisi komunikator dalam komunikasi, melatih peserta terampil mengolah tahapan komunikasi, dan memandu peserta untuk mengola rangsangan signal komunikasi.
Pewarta: Ayu