Ilustrasi: www.google.com

Oleh: Sabdawaktu*

Kepada semesta, aku tak pernah bisa menolak takdir bekerja. Membawamu jauh, atau membuat kita bangun dan terjatuh. Namun, perjalanan selalu mengajari aku tentang ikhlas dan merelakan; sebab aku percaya impianmu di depan menawarkan cahaya -purnama yang kelak memberi rasa manis pada penjagaan kita dalam doa-

Selamat berjuang kembali. Pada fase ini, hanya doa yang terbaik menjadi kado. Kepada air mata segala hilang dan harap berdua kembali kunikmati. Terimakasih telah pernah berjuang bersama di sini. Terima kasih menjadi bagian alasan bertahan segala bentuk usaha hingga kini.

Kelak,
Sekembalimu.
Aku ingin mendengar suara merdumu, melantunkan ayat² Tuhan di hadapanku. Tidak untuk sebuah penghargaan atas prestasi, namun kepada waktu ke waktu biar aku tak lupa mensyukuri; mempunyai kamu yang begitu gigih dan tabah melewati segala uji.

Selamat melanjutkan perjalananmu. Bila kelak butuh pundak, pulang lah padaku; seseorang yang masih dengan tabah mendengar keluh kesahmu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kamu berjalan menuju rumah, aku kembali ke arahmu dengan tabah. Memang, ada yang perlu kita terima; perpisahan lama misalnya. Tidak akan ada yang berubah, memang, kecuali kebiasaan-kebiasaan kecil yang perlahan-lahan akan hilang. Termasuk canda tawa, riang gembira, tangis duka, dan segala tentang kita yang semakin menua dan berjeda.

Bohong, jika aku tidak merasa kehilangan. Sebab hari-hari telah dengan sepakat merekam perjalanan kita begitu rapi. Ah, aku tidak tahu bagaimana cara bersyukur pada Tuhan pernah ada kamu di sepanjang perjalanan. Hari-hari yang membosankan pernah kita hempas dengan perjalanan, meski hanya sekadar mencari makan. Waktu-waktu yang hening selalu berhasil kita lewati dengan cara bermain atau tertawa kecil. Semuanya benar-benar aku simpan dengan baik, hingga air mata perlahan-lahan memerihkan dada; menyadari segala tidak akan pernah kembali sama.

Benar kata orang-orang. Jalinan kasih yang tulus tak akan pernah menemukan kata akhir atau putus sebab takdir. Sebab di dalamnya, ada kasih yang ikhlas, pengorbanan yang tulus, tentu doa yang diam-diam menemani di setiap langkah kaki.

Pergi lah dengan baik. Jadilah lebih baik. Suatu hari nanti, bila kita berjumpa lagi; ceritakan lah padaku apapun yang menjadi kisah barumu. Kelak, bila kau tak menemukan jalan atau rumah untuk pulang; datangi lah aku. Aku masih di tempat yang sama.

Di mana pun kamu, nanti. Tetaplah baik-baik saja. Berhentilah menangis meski terluka, berhentilah menyerah meski lelah, dan tentu berjanjilah baik-baik saja. Agar aku berhenti khawatir, semoga kelak kita kembali dikumpulkan oleh takdir.


Hari ini

Kota kecil ini, hujan
Harum kenangan mengetuk ingatan; aku sudah benar-benar berusaha melupakan
Tolong, jangan salahkan.

Sepanjang jalan, pada rumput hijau yang berulang tumbuh dari air mataku
Bersama kamu selalu aku doakan
Mungkin hujan November memang tak setabah Hujan Bulan Juni

Ia seperti tusukan jemari
Pada kertas-kertas kosong bernama sunyi.

Hujan sudah sampai di kota ini
Mengantar jenazah paling menakutkan bernama kehilangan.

Sabdawaktu, 2019