Kisah-kisah dari negeri Mesir memang sungguh menarik untuk dijadikan sebagai sumber ‘ibrah atau pelajaran bagi umat yang mau berpikir. Mulai dari kisah kemuliaan dan kesabaran Ibunda Siti Maryam, Nabi Musa hingga kesombongan Fir’aun dan bala tentaranya. Mesir menjadi negeri rujukan yang sarat akan sejarah baik di masa lampau maupun masa kini.
Suatu cerita yang menarik datang dari desa kecil nan sepi di Mesir bernama Tafahna Al-Asyraf, Distrik Mit Ghamr, Provinsi Daqahliyyah. Bagaimana perjuangan pebisnis muda yang dulunya miskin bertransformasi menjadi pengusaha sukses sekaligus paling dermawan dengan model bisnisnya yang diluar nalar. Hasil yang dicapai pun tak main-main, masyaallah dapat dikatakan bahwa tak ada satu tempat pun yang ia singgahi kecuali ia akan memakmurkan tempat itu melalui pendidikan dan kemandirian ekonomi. Penduduk yang sebelumnya miskin menjadi kaya hanya dengan bermodal konsep bisnisnya. Seperti apa konsepnya? Ya, sulit pada saat ini mencari pebisnis visioner yang menjadikan Allah sebagai investor dan mitra kerjanya kecuali beliau ini.
Seorang insinyur pertanian yang miskin bernama Sholah Athiyah berencana membangun bisnis bersama dengan 8 orang sahabatnya di bidang perkebunan dan peternakan unggas. Menurut penuturan Syekh Prof. Dr. Mustafa Dasuki Kasbah, Ir. Sholah merupakan alumnus Universitas Al-Azhar yang pada masa pendidikannya hanya memiliki satu celana panjang.
Lazimnya setiap bisnis tentunya tak lepas dari perkara modal, baik modal non materil lebih-lebih modal materil. Mereka mengupayakan modal tersebut dengan cara menjual harta yang mereka miliki seperti tanah, perhiasan istri-istri mereka bahkan hingga berhutang.
Setelah terkumpul mereka berniat mencari seorang investor lagi agar keuntungan usaha bisa dibagi rata sebesar 10% per orang. Namun ternyata mereka kesulitan mencari siapa investor ke-10 tersebut. Sontak saja Ir. Sholah Athiyah pun berkata pada teman-temannya.
“Allah yang akan menjadi investor ke-10 tersebut”, tentunya dengan perjanjian bahwa Dia-lah yang akan melindungi dan memelihara usaha mereka dari segala macam wabah penyakit. Setelah semuanya sepakat, perjanjian kerja sama tersebut dicatatkan secara rinci dihadapan notaris. Masyallah, perjanjian dengan Allah disusun secara lengkap ‘hitam di atas putih’.
Tahun pertama berbisnis, keuntungan usaha yang didapat ternyata melampaui ekspektasi dan melejit tiada terkira. Pada tahun ke-2 mereka pun akhirnya bersepakat untuk melipatgandakan keuntungan kepada Allah hingga 20%. Bisnis yang semakin bertumbuh pesat berlanjut seterusnya hingga mereka melipatgandakan keuntungan yang akan diberikan kepada Allah hingga 50% pada tahun-tahun berikutnya. Keuntungan 50% tersebut direalisasikan dalam bentuk membangun sekolah mulai dari Ibtidaiyah hingga ‘Aliyah (SD-SMA) bagi penduduk setempat secara cuma-cuma alias gratis.
Akibat keuntungan yang terus meroket, rencana mereka berlanjut dengan membangun baitul maal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat desa Tafahna Al-Asyraf. Tak hanya itu Ir. Sholah dan kolega berupaya membangun Universitas Al-Azhar cabang Tafahna Al-Asyraf.
Izin pembangunan ini sempat ditolak pemerintah Mesir karena ketiadaan infrastruktur pendukung bagi mahasiswa. Mereka pun tak menyerah begitu saja, Ir. Sholah dan para sahabatnya kemudian mengajukan proposal pembangunan universitas beserta seluruh infrastrukturnya termasuk kereta api dengan biaya yang berasal dari kantong pribadi. Setelah pemerintah Mesir menyetujui, pembangunan dimulai dan makin hari kian tak terbendung. Pembangunan Fakultas kedua, ketiga dan seterusnya terlaksana dengan lancar hingga asrama putra dan putri yang berjumlah total lebih dari 1000 kamar lengkap dengan fasilitas rumah sakit yang kokoh berdiri di sekitar kampus tersebut. Seluruh biaya tiket kereta pun digratiskan untuk seluruh mahasiswa. Tak ada satu pun mahasiswa yang terkendala secara finansial dalam menyelesaikan pendidikannya.
Tak berakhir hingga disitu, Ir. Sholah Athiyah cs mengimplementasikan hal yang sudah ia lakukan di Tafahna Al-Asyraf ke desa-desa yang ia singgahi. Fakir miskin, janda, hingga pengangguran semuanya disantuni dan diberikan bekal pelatihan wirausaha perkebunan hingga mandiri. Pada saat panen raya, seluruh masyarakat desa dikirimi paket sayur hingga tak ada satu pun yang kelaparan di desa tersebut. Pada hari pertama di bulan ramadhan, Ir. Sholah mengadakan iftar akbar dengan seluruh penduduk desa dari hasil kebun yang melimpah tadi. Akhirnya seluruh kemiskinan hilang tak tersisa dari desa tersebut. Seluruh penduduk mampu mandiri bahkan sudah berhasil mengekspor hasil kebunnya hingga ke luar negeri.
Puncak dari bisnis ini adalah Ir. Sholah dan rekan-rekan sepakat untuk memberikan seluruh keuntungan bisnisnya 100% kepada Allah dengan satu syarat. Syarat itu ialah menjadikan Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung dan berharap akan seluruh urusan dunianya, masyaallah.
Kini sosok yang menakjubkan tersebut sudah wafat pada 11 Januari 2016 silam. Upacara pemakaman pun sungguh luar biasa karena tercatat dihadiri lebih kurang setengah juta peziarah. Negara Mesir gempar seketika melihat pemakaman seorang insinyur pertanian yang tak dikenal media massa begitu dicintai oleh masyarakat layaknya bukan seperti masyarakat pada umumnya. Tak terbayang berapa pahala dari amal jariyah yang telah beliau tuai hingga yaumul hisab kelak. Ilmu dan amal yang beliau dan para sahabatnya ajarkan sungguh sulit bahkan hampir mustahil dicontoh oleh para pebisnis zaman now. Ya, konsep bisnis langka dengan melibatkan Allah sebagai investor dan mitra perusahaan.
Hikmah dari Perjuangan Ir. Sholah Athiyah dan Kolega
Ada banyak hikmah yang bisa kita petik dari Ir. Sholah Athiyah dkk serta kontribusinya dalam meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat diantaranya yaitu:
- Larangan hanya mengejar keuntungan dunia semata dari berbisnis
- Memiliki cita-cita besar yang diimbangi dengan cita-cita mulia untuk agama
- Semangat kerja keras meniti bisnis dan karir dari bawah
- Perlunya memberikan dampak sosial yang positif lebih-lebih secara masif
- Ibadah individual penting, namun ibadah sosial jauh lebih penting
- Umat islam seharusnya menjadi pengusaha seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah
Semoga kelak akan lahir dari generasi penerus kita Ir. Sholah Athiyah yang lain, yang akan membawa negara ini menuju kemakmuran dan tentunya masa depan islam yang lebih cemerlang. Aamiin…
Penulis: Muhammad Adib
Tenaga Kependidikan Sekolah dan Guru Ngaji di Medan