Oleh: Anisa Khoiril Fadhilah*
Nyai Solichah Bisri, sosok perempuan hebat dan mandiri. Beliau adalah istri Menteri Agama RI pertama yaitu KH. Wahid Hasyim dan juga putri dari salah satu Ulama’ besar KH. Bisri Syansuri. Nyai Solichah merupakan wanita kalangan pesantren yang dalam masa pendidikannya terkenal cerdas dalam penguasaan ilmu pengetahuan, beliau juga memiliki jiwa pemimpin yang tinggi, bahkan ketika beliau sudah memiliki putra dan putri beliau memberikan kontribusi yang besar dan berkecimpung dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan serta tercatat sebagai perempuan yang aktif berorganisasi, seperti Muslimat NU, beberapa lembaga kemasyarakatan, dan juga pernah menjadi anggota DPRD, DPR/MPR.
Di samping keaktifan kiprahnya dalam dunia organisasi, namun Nyai Solichah tidak melupakan tugas sebagai ibu rumah tangga, beliau berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk keluarganya termasuk dalam mendidik putra-putrinya, tak heran jika beliau menjadi sosok yang sangat berpengaruh dan dekat dengan putra-putrinya, beliau merawat dan membimbing dengan sepenuh hati, dan ketika mereka beranjak dewasa ibu nya lah yang menjadi tempat sandaran bagi mereka.
Sebagai perempuan dari kalangan pesantren tentunya Nyai Solichah ingin menjadikan putra-putrinya sebagai orang-orang yang sukses dunia dan akhirat. Dalam salah satu tulisan putra beliau KH. Salahuddin Wahid yang akrab dipanggil Gus Sholah yang berjudul “Ibuku, Ibu Par Excellence” menjelaskan bahwa Nyai Solichah adalah wanita yang mempunyai semangat dan keberanian tinggi.
Dalam mendidik putra-putrinya pun juga menanamkan berbagai nilai kehidupan sehingga mengantarkan putra-putrinya menjadi orang-orang hebat, seperti Gus Dur, Gus Sholah dan saudara-saudarinya. Dalam menanamkan nilai-nilai tersebut beliau tak hanya mengungkapnya melalui kata, namun juga mencontohkannya dalam perilaku. Di antara nilai-nilai yang ditanamkan Nyai Solichah dalam mendidik putra-putrinya adalah
Pertama, kejujuran. Yaitu nilai kejujuran dalam makna yang luas, termasuk jujur terhadap diri sendiri dan juga konsisten serta konsekuen, dalam artian selarasnya antara ucapan dan perbuatan.
Kedua, keberanian dalam bersikap. Dalam artian Nyai Solichah mendidik putra-putrinya untuk berani menyampaikan pendapat tentang sesuatu selama kita menyakini hal itu benar. Termasuk juga keberanian untuk memikul tanggung jawab, beliau mengajarkan putra-putrinya untuk tidak lari dari tanggung jawab serta keberanian dalam mengakui kesalahan dan meminta maaf.
Ketiga, egaliter. Yaitu tidak memandang orang dari kaya atau miskin, berpangkat atau tidak, atau bahkan pandai atau tidak. Dalam artian juga tidak boleh memandang rendah orang lain, semua orang itu sama di mata Allah SWT yang membedakan adalah ketakwaannya.
Keempat, kesungguhan hati dalam bekerja atau kerja keras. Nyai Solichah mendorong putra-putrinya untuk sungguh-sungguh dalam belajar, kesungguhan beliau dalam bekerja menjadi teladan atau contoh bagi putra-putrinya.
Nilai-nilai tersebut juga merupakan upaya Nyai Solichah dalam melanjutkan apa yang diberikan oleh suami beliau KH. Wahid Hasyim.
Dari berbagai usaha yang dilakukan Nyai Solichah dalam mendidik putra-putrinya, dapat kita ambil pelajaran bahwa kita sebagai perempuan ketika nanti sudah berumah tangga boleh beraktifitas ataupun berkontribusi di luar rumah, berorganisasi ataupun berkarir namun jangan sampai melupakan tugas utama sebagai ibu rumah tangga, kita juga harus meniru Nyai Solichah untuk menanamkan nilai-nilai hidup yang baik dalam mendidik dan membimbing putra-putrinya.
Sumber: buku “Ibuku Inspirasiku”.
*Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.