Difoto dari samping, KH. Sa’dullah Husain saat ceramah dalam Haul ke-2 KH. Ishaq Lathief di Prambon Sidoarjo pada Senin (23/01/2017).

tebuireng.online—Dalam acara Haul ke-2 KH. Ishaq Lathief yang diadakan oleh Majlis Taklim Darul Muttaqin Prambon Sidoarjo pada Senin (23/01/2017) di kediaman beliau, KH. Sa’dullah Husain dari Sooko Mojokerto menyampaikan mauidhah hasanah di depan hadirin yang terdiri dari tokoh masyarakat, keluarga Almarhum, warga sekitar, dan beberapa alumni Pesantren Tebuireng.

Penceramah yang juga putra Rais Syuriah PCNU Mojokerto, KH. Husain Ilyas tersebut menyampaikan bahwa zaman yang terpaut jauh dengan kehadiran Nabi, masih bisa mendapatkan syafaat. Menurut beliau, syafaat Nabi itu tidak terbatas oleh ruang dan waktu, tak hanya di akhirat kelak, tetapi di dunia juga bisa mendapatkannya.

Jika di ibaratkan di zaman sekarang ini, lanjut Kiai Sa’dullah, Kanjeng Nabi itu seperti pemancar satelit yang dapat dijangkau di mana pun umatnya berada, sedangkan umatnya diibaratkan sebagai sebagai televisinya. “Ada TV itu mahal hingga puluhan juta, hingga sangat banyak sekali gambar yang dihasilkannya. Ada juga TV yang murah mungkin cuma Rp. 200.000, sampai-sampai warna yang dihasilkannya cuma hitam putih saja,” ujar beliau menganalogikan.

Akan tetapi, lanjut beliau beranalogi, semahal apapun televisinya, tetapi tidak dibarengi dengan sinyal antena yang baik, maka yang ada hanyalah gambar semut berjalan. Begitu juga sebaliknya, meskipun TV hitam putih murahan, tetapi dilengkapi dengan antena dan sinyal yang pas, akan menghasilkan gambar yang sangat jelas. “Malah biasanya TV yang seperti ini yang jadi pusat perhatian orang. TV murahan tapi kok gambarnya bagus sekali,” celetuk beliau disusul tawa hadirin.

Selanjutnya, Kiai Sa’dullah memberikan lima kiat-kiat untuk dapat menyalakan antena sehingga sinyal dapat tersampaikan kepada Kanjeng Nabi. Adapun kelima kiat-kiat tersebut pertama adalah menanamkan jiwa rindu dan ingin bertemu dengan Nabi kelak di akhirat, lebih-lebih bisa bertemu di dunia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kedua, belajar taat kepada Nabi SAW dengan cara imtitsal awamir, wajtinabi nawaahihi (menjalahkan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya). Ketiga, Perbanyak membaca shalawat kepada Nabi. Keempat, belajar cinta dan ta’dzim kepada orang yang dicintai Nabi, seperti cinta kepada guru dan orang tua. Kelima, belajar meniru tingkah laku Kanjeng Nabi sesuai dengan kemampuan.

“Oleh karena itu, tidak diragukan lagi betapa kuatnya sinyal pemancar KH. Ishaq Lathief kepada Kanjeng Nabi sehingga menghasilkan gambar-gambar yang jelas, yaitu berupa ilmu-ilmu yang sudah kita dapatkan dari beliau,” kata Kiai Sa’dullah kagum dengan Kiai Ishaq Lathief.

Di akhir mauidhah, beliau mengatakan bahwa di dalam kubur nanti ada dua orang yang merasa sangat senang karena dirahmati oleh Allah SWT sehingga ia tak sadar kalau hari itu sudah kiamat. Pertama, adalah orang yang diperlihatkan oleh Allah SWT dengan gambar-gambar surga. “Yang seperti ini adalah orang-orang alim seperti KH. Ishaq Lathief,” ujar cucu kiai karismatik dan pejuang KH. Ilyas tersebut. Kedua adalah orang yang dilepaskan dari siksa kubur karena rahmat Allah SWT dengan melakukan lima perkara yang telah beliau jelaskan.


Pewarta:    Hilmy al Banjari

Editor:      M. Abror Rosyidin

Publisher:  M. Abror Rosyidin