Tebuireng.online- Tadi malam, Sabtu (08/02/2020) merupakan peringatan 7 hari wafatnya KH. Salahuddin Wahid. Sejumlah agenda mulai dari tahlil, doa, sambutan, testimoni serta ceramah agama. KH. Lukman Hakim Saifuddin memberikan testimoni mengenai sosok Gus Sholah kepada para santri dan hadirin.

“Pertama saya mengenal beliau itu tahun 1968, ketika beliau melangsungkan pernikahanya dengan mbak yu saya (Ibu Nyai Farida) saya masih usia 6 tahun ketika itu, saya tidak tahu kalau santri ada dimana begitu, tahun 1968 saya mengenal almarhum adalah sosok yang sangat sederhana cenderung pendiam. Namun demikian, beliau sosok figur yang ulet, yang rajin, hidup yang dijalaninya setelah pernikahan dengan Mbak Yu saya (Ibu Nyai Farida) itu dijalaninya tidak terlalu mudah,” ucap Menteri Agama periode 2014-2019 ini.

Lanjut cerita Kyai Lukman, beliau berpindah-pindah kontrakan rumah di Jakarta.  Rumah yang dikontrakan itu sangat sederhana.  Kemana-mana naik Vespa ketika itu, jadi hidup tidak mudah. “Beliau salah satu teladan saya dalam menjalani hidup ini secara mandiri, beliau adalah putra tokoh besar tapi beliau begitu sederhana menjalani hidupnya apa adanya,” imbuhnya.

Pada video pertengahan tahun 1980-an, Gus Sholah termasuk salah satu sosok figur yang ikut mempersiapkan bagaimana Nahdhlatul Ulama ini bisa kembali (khittahnya) khittah NU 1926. Beliau bukanlah tokoh yang di atas panggung, beliau di balik atau di belakang layar.

“Saya ingat pernikahan dengan kakak saya, almarhum Bapak Fahmi Jafar Saifuddin, beliau (Gus Sholah) tidak pernah mau untuk diminta masuk dalam struktur dalam kepengurusan NU ketika itu, setelah kembali Mukhtamar Situbondo 1984 dan Mukhtamar Krapyak dan seterusnya, saya masih ingat beliau mengatakan kepada saya bahwa beliau tidak bisa mengikuti gaya, irama, ritme kebanyakan orang-orang NU. Itu salah satu alasan beliau tidak bersedia di dalam struktur,” lanjut putra KH. Saifuddin Zuhri ini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Gus Sholah memang hidup serba teratur, terukur, terencana segala sesuatunya diperhitungkan secara matang, hidup terjadwal. Sosok yang hidup secara modern. “Saya masih ingat, beliau merasa terpanggil ikut bertanggung jawab untuk menjaga warisan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, Tebuireng ini adalah salah satu warisan yang luar biasa dan beliau merasa terpanggil untuk ikut bertanggung jawab, tidak hanya semata menjaga tapi juga mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.  “Selama 14 tahun beliau menjadi pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng begitu banyak prestasi yang beliau ukir, dan jadi saya bersaksi  beliau tidak hanya sebagaimana kaidah yang kita pegangi serta beliau tidak hanya mampu menjaga, memelihara, merawat warisan para pendahulunya tapi juga mampu berkreasi, berinovasi melahirkan hal-hal yang lebih baik sesuai dengan tuntutan zamannya,” lanjut Kyai Lukman Hakim.

“Saya mencatat ada tiga hal yang terkait dengan Pesantren Tebuireng ini yang mampu beliau rawat dengan sebaik-baiknya dan dikembangkan dengan baik. Pertama, pondok pesantren perkembangannya, progresnya selama 14 tahun terakhir. Kedua, Trainsains dengan sebuah model SMA yang menggabungkan antara nilai-nilai pendidikan yang dikembangkan dan Sains. Ketiga, keberadaan Universitas Hasyim Asy’ari kemajuanya, progresnya cukup bisa kita rasakan tidak hanya secara fisik semata tapi juga hal-hal yang sifatnya manifestasi.

Di akhir pembicaraan Kyai Lukma menyebut bahwa kekuatan almarhum dalam memimpin pondok pesantren ini bukan semata karena ilmu beliau, bukan semata karena pengalaman beliau memimpin di banyak tempat, bukan karena wawasan atau relasi yang tembus. Semua itu punya pengaruh yang tidak sederhana, kapi kekuatan yang paling besar pada diri beliau berhasil 14 tahun memimpin Tebuireng ini karena rasa cinta beliau yang luar biasa kepada pondok pesantren.

“Itulah keikhlasan yang hakikatnya saya memaknai dengan rasa cinta, mudah-mudahan kita mampu meneladani beliau, mudah-mudahan kita tetap bisa menjaga dan memilihara rasa cinta kita kepada pondok pesantren sehingga kita bisa melanjutkan apa yang selama ini beliau perjuangkan dan mudah-mudahan kita pun bisa menjawab tantangan zaman ini sesuai situasi dan kondisi yang kita hadapi,” pungkas beliau.


Pewarta: Dian Bagus