KH. Johari (foto: istimewa)

Tebuireng.online– Duka mendalam masih hangat terasa di Tebuireng. Pengurus, para ustadz, guru, dan santri bahkan warga sekitar ikut menyolati jenazah KH Johari. Bahkan ratusan orang juga ikut mengantar jenazah ke peristirahatan terakhir di pemakaman umum Dusun Sumoyono Cukir pada Senin (27/1/20).

Tebuireng memang merasa sangat kehilangan sang pengabdi sejati. Hal itu diungkapkan Mudir Bidang Pembinaan Pondok, H. Lukman Hakim.

“Kita semua kehilangan sosok sahabat, kiai, guru, yang alim dan hebat. H. Johari insyaallah hidupnya setiap hari tidak pernah lepas dari Tebuireng,” ungkap H. Lukman saat sambutan atas nama Keluarga Besar Pesantren Tebuireng usai penyolatan jenzah di Masjid Tebuireng.

Pak Haji, sapaan akrabnya, juga mewakili pondok merasa sangat berterima kasih atas pengabdian dan dedikasi almarhum kepada Tebuireng. Pak Haji berharap amal baik beliau diterima Allah SWT.

Hal yang sama disampaikan oleh kerabat Almarhum, KH Syamsuddin. Katanya, guru yang akrab disapa Bang Jo itu sosok yang memiliki pengabdian yang besar kepada Tebuireng.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Hidupnya untuk Tebuireng. Tapi insyaallah. Apa yang diberikan Tebuireng kepada Pak Jo jauh lebih besar,” ungkap dosen Unhasy tersebut di Musholla Dusun Sumoyono sebelum dimakamkan.

Kiai Johari merupakan pakar fikih dan ushul fikih. Beliau adalah murid kinasih KH Syansuri Badawi, hingga beliau meneruskan mengajar kitab Ushul Fikih karya sang guru.

Beliau juga menyusun kitab ringkasan Qawaidh Fiqhiyah untuk memudahkan santri memahami kaidah-kaidah fikih.

Beliau juga dosen yang aktif dan produktif. Sebelum meninggal Pustaka Tebuireng menerbitkan bukunya berjudul “Fikih Gus Dur” yang merupakan desertasi doktoralnya.

KH Johari meninggal hari ini pukul 11.45 di RSUD Jombang akibat penyakit liver atau kanker hati.

Bang Jo meninggal setelah melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya tersebut selama satu bulan terakhir. Selamat jalan guru, dosen, sahabat, kiai. Alfatihah.

Pewarta: Abror Rosyidin