ilustrasi: www.google.com

Oleh: Silmi Adawiyah*

Menyayangi orang lain kadang menjadi lebih mudah daripada menyayangi diri sendiri. Padahal menyayangi diri sendiri itu membuat kita lebih semangat dalam menjaga diri. Menyayangi diri sendiri di sini bukan berarti menganggap diri sendiri paling bagus, justru kita sadar punya banyak kekurangan dan semangat untuk memperbaikinya.

Dan yang pasti adalah orang Penyayang itu bukan hanya menyayangi orang lain, melainkan juga menyayangi dirinya sendiri. Dalam kitab Mukasyafatul Qulub, Imam Ghazali memaparkan bahwa kita bisa melakukan empat tips ini untuk bisa menyayangi diri sendiri. Beliau menuliskan:

رحمته لنفسه أن يرحمها من عذاب الله تعالى بترك المعاصي والتوبة منها وفعل الطاعات والاخلاص فيها

“Menyayangi diri sendiri itu dengan meyelamatkan dirinya dari adzab Allah lewat menjauhi dosa, taubat, melakukan amal saleh dan ikhlas sebelum menyelamatkan orang lain.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Cara pertama dalam meyayangi diri sendiri adalah menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Kita tahu bahwa dengan melakukan dosa akan mengakibatkan turunnya murka Allah. Jika kita sayang akan diri kita sendiri, tentu kita tidak berharap murka Allah tersebut datang kepada kita. Alhasil, orang yang bisa menyayangi dirinya sendiri tentu akan selalu menyelamatkan dirinya dari perbuatan dosa.

Kedua adalah bertaubat ketika menemui dirinya melakukan kesalahan atau kemaksiatan yang dilarang oleh Allah. Manusia memang tempatnya salah dan dosa, namun bukan berarti kita harus selalu salah dan melakukan dosa. Ketika melakukan salah, akui dan perbaiki akan menjadi langkah yang lebih indah dibanding hanya menyesali sesaat dan berulang kembali. Jika kita sayang akan diri kita sendiri, kembali kepada ketaatan-Nya menjadi senjata andalan setelah salah dan khilaf.

Ketiga adalah melakukan amal saleh. Amal saleh di sini merupakan perwujudan nyata atas keimanan kita. Sebagaimana makna sebenarnya dari iman ialah mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengamalkan dengan melakukan amal perbuatan. Perbuatan yang baik inilah yang kelak akan setia menemani dan memberikan perlindungan yang baik di hari akhir. Siapapun orangnya, tentu menginginkan yang terbaik untuknya. Kalau saja benar menyayangi dirinya sendiri, tentu akan banyak beramal saleh semasa hidupnya. Agar bahagia dan selamat dunia dan akhiratnya.

Terakhir yaitu ikhlas. Menyerahkan segala bentuk ketaatan dan perbuatan hanya kepada Allah. Tanpa memiliki nilai-nilai keikhlasan, tentu amal saleh yang telah diperbuat akan sia-sia. Tinggi rendah pahala yang diterima oleh kita tergantung kepada kadar keikhlasan kita sendiri dalam beramal. Maka dari itu Allah mengajak kepada setiap hamba yang beriman agar senantiasa menjaga keikhlasan untuk meraih derajat yang tinggi. Allah  berfirman pada  surat Az-Zumar ayat 2:

إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّـهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ ﴿٢

“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.” (QS Az-Zumar: 2)

*Alumni Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.