tokoh perhimpunan indonesia

“Persatuan dan kesatuan adalah satu-satunya cara agar bangsa ini lepas dari hinaan serta penindasan bangsa lain.”

(Bung Karno)

Tujuh puluh delapan tahun yang lalu, bangsa Indonesia secara berani menyatakan kemerdekaannya. Proklamasi yang diutarakan oleh Bung Karno, selaku wakil rakyat, menjadi tanda akan kemerdekaan tersebut. Tidak mengenal perbedaan ras, budaya, atau lain, semuanya semangat bersatu untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

Hari ini, dengan semangat, “Terus melaju untuk Indonesia maju,” jargon yang diutarakan di hari kemerdekaan ke-78 ini, menjadi langkah selanjutnya bagi bangsa Indonesia dalam menjaga kemerdekaan. Meski sempat goyah sebab pandemi, akhirnya bangsa Indonesia berhasil bangkit. Kebangkitan ini tidak lain adalah hasil usaha semua rakyat Indonesia.

Pentingnya Persatuan Rakyat

Di dalam salah satu poin Pancasila dinyatakan “Persatuan Indonesia”. Poin ini tidak lahir dari sekedar ke-suwung-an para pahlawan. Poin ini lahir dari olah pikir yang dikerahkan oleh semua pahlawan yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Mereka secara serentak menyadari, bahwa salah satu faktor utama munculnya kemerdekaan bagi bangsa Indonesia adalah adanya persatuan dan kesatuan rakyat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Begitu dalam dan pentingnya makna dari salah satu poin Pancasila di atas, hingga Kiai Bisri Syansuri pernah berkata, “Sekarang saya sudah mengerti apa itu Pancasila. Sekarang bila ada orang Indonesia, orang Islam, orang NU, yang anti Pancasila, berarti dia anti padaku.” Tutur beliau dalam salah satu momen yang cukup bersejarah.

Dari pernyataan Kiai Bisri Syansuri di atas, kita bisa memahami bahwa semua rakyat, baik itu santri, masyarakat awam, intelektual, atau yang lainnya, menyadari bahwa persatuan adalah faktor penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara Indonesia bisa merealisasikan cita-citanya, ketika masyarakat di dalamnya bisa bersatu padu, bekerjasama satu sama lain.

Konsep di atas juga sesuai dengan makna ayat sebagaimana di bawah ini,

وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّه

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,” (Q.S. al-Maidah: 2).

Semangat persatuan dan kesatuan sangat kentara melalui ayat di atas. Allah memberikan suatu konsep bermasyarakat, bagaimana suatu negara itu dikatakan maju dan berhasil. Yakni ketika masyarakatnya bersatu, saling melengkapi bekerja sama satu sama lain.

Jadi, dengan persatuan dan kesatuan, diharap Indonesia akan menjadi negara yang tangguh, berani, tegap dan kuat untuk menangkal segala serangan dari luar maupun dalam. Kondisi yang sangat dibutuhkan bagi suatu negara, terlebih di zaman modern seperti sekarang.  

Peran Intelektual

Salah satu bagian dari masyarakat yang memiliki pengaruh besar bagi masyarakat itu sendiri adalah sosok intelektual. Perannya begitu dibutuhkan, di tengah-tengah masyarakat yang begitu beragam, serta dinamika yang terus bergerak. Masyakarat seakan mempercayakan kepada kerja para intelektual, dalam menyelesaikan segala problem yang ada.

Dalam salah satu hadisnya, Nabi Muhammad pernah berkata, “Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, maka dia harus memiliki banyak ilmu.” (HR. Ibnu Asakir).

Nabi hendak menegaskan bahwa kunci kesuksesan dalam menjalani kehidupan di dunia, juga nanti di akhirat, adalah dengan memiliki banyak ilmu. Ilmu berperan cukup penting dalam merealisasikan kesuksesan manusia.

Dalam hal ini, yang memiliki ilmu tentunya adalah para intelektual. Mereka memahami betul makna persatuan dan kesatuan dalam rangka merealisasikan tujuan kemerdekaan Indonesia. Dari sini, diharap, para intelektual bisa menyatu dengan masyarakat, sehingga para intelektual tahu esensi yang dibutuhkan oleh mereka dalam mencapai kehidupan bahagia sebagai warga Indonesia.

Pendidikan Intelektual

Para intelektual secara aktif ikut berperan dalam mencerdaskan bangsa. Hal ini sangat selaras dengan tujuan bangsa Indonesia, yang tertuang di dalam pembukan UUD 1945 pada alinea ke-empat.

Salah satu usaha yang dikerahkan oleh intelektual adalah dengan belajar secara serius, ilmu pengetahuan yang nantinya dibutuhkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Adakalanya mereka serius belajar di dalam negeri, adakalanya pula di luar negeri. Namun, satu tujuannya, yakni mencerdaskan masyarakat Indonesia.

Usaha lain yang dikerahkan, salah satunya berasal dari kubu intelektual tradisional, yakni para santri dan kiai. Mereka bekerjasama, dalam lingkup pesantren, merealisasikan tujuan bangsa Indonesia dalam menjaga kemerdekaan yang sudah digapai ini. Meski mereka seringkali dianggap sepele oleh sebagian pihak, namun mereka senantiasa berani untuk menjadi sosok yang ikut berperan menjaga kesatuan Indonesia.

Kesimpulan

Para intelektual diharap bisa membuka dan merubah pola pikir masyarakat Indonesia. Pola pikir yang awalnya merasa tertindas dan lemah di mata bangsa lain, berubah menjadi pola pikir negara maju, yang berani melawan bangsa-bangsa lain. Peran yang begitu sulit, namun sangat berpengaruh besar bagi kelanjutan eksistensi bangsa Indonesia.


Ditulis oleh Moch Vicky Shahrul H, Mahasantri Mahad Aly An-Nur II Al-Murtadlo Malang