Tebuireng.online– Pada momen kunjungan Duta Besar Republik Rakyat China, Xiao Qian di Pesantren Tebuireng pada Kamis (14/03/2019), ada banyak hal yang menjadi bahan perbincangannya dengan Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid di Dalem Kasepuhan Tebuireng. Salah satu di antara obrolan itu, Gus Sholah menyinggung tentang dualisme madrasah dan pendidikan umum.
Gus Sholah memaparkan tentang sejarah pesantren. “Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia, yakni pertama kali didirikan pada tahun 1940. Pesantren tertua terletak di Pasuruan, yaitu Pesantren Sidogiri,” ungkap Gus Sholah.
Gus Sholah menyebut, sekolah yang ada di Indonesia awalnya merupakan sekolah Belanda yang didirikan pertama kali pada tahun tahun 1840, berjarak 10 tahun dari berdirinya pesantren. Pesantren dalam waktu 20 tahun belakangan ini berkembang sangat pesat, sehingga masyarakat juga mengapresiasi perkembangan pesantren tersebut.
“Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknnya orang yang memilih untuk menyekolahkan anaknya di pesantren. Hal itu terjadi karena pesanten dapat mengikuti perkembangan pendidikan yang lain di Indonesia,” tambah Gus Sholah.
Di samping itu Gus Sholah juga sempat memaparkan mengenai dualisme antara lembaga madrasah dan sekolah umum. Keduanya merupakan dua hal yang berbeda dan berjalan degan jalur yang berbeda, namun bertujuan sama dan saling menyempurnakan.
“Pesantren dan madrasah merupakan sebuah lembaga yang diatur oleh Kementerian Agama, dan sekolah umum adalah lembaga yang diatur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dualisme ini tidak bertentangan, seperti rel kereta api, relnya beda tapi tujuannya sama, malah kalau bersatu ndak bisa jalan. Keduanya ini saling berkompetisi untuk tujuan bersama,” jelas tokoh sepuh NU tersebut.
Kemudian sebagai harapan, Gus Sholah menyampaikan kekagumannya atas perkembangan yang dicapai oleh Tiongkok dalam 30 tahun terakhir. Gus Sholah berharap semoga nantinya para santri Tebuireng dapat mempelajari perkembangan tersebut entah langsung belajar ke negara tirai bambu itu, atau melalui media, film, buku, dan lain-lain,
“Kami sangat mengagumi perkembangan yang dicapai Tiongkok dalam waktu 30 tahun ini, sehingga kami berharap mungkin dapat menerima informasi itu baik dari buku maupun film, untuk mengetahuinya, sehingga santri Tebuireng dapat belajar darinya,” pungkas Gus Sholah.
Sementara itu, Dubes China, Xiao Qian tersebut mengungkapkan kekagumannya kepada Pesantren Tebuireng. “Pesantren Tebuireng ini sangat terkenal sekali, bukan hanya karena berdirinya pesantren ini diprakarsai oleh KH Hasyim Asy’ari yang ikut berjuang memerdekakan Indonesia, namun juga karena selama 100 tahun berdirinya Tebuireng telah melahirkan kader-kader tokoh di berbagai bidang,” tutur Dubes China, Xiao Qian.
Pewarta: Nailia Maghfiroh
Publisher: RZ