sumber gambar: www.google.com

Oleh: Silmi Adawiya*

Dzikir merupakan amalan mengingat Allah dengan menyebut nama-Nya. Amalan ini dianjurkan untuk dijalankan dengan penuh ketulusan. Meskipun ada hati yang masih lalai  saat berdzikir kepada Allah, namun kita tetap dianjurkan terus berdzikir saat orang lain lalai.

Sebab dzikir adalah jalan bagi mereka yang ingin dekat dengan Tuhannya. Bahkan, Syekh Burhanuddin As Syadzili Al Hanafi dalam kitab Ihkamul Hikam, menyebut dzikir dengan lafal apapun dapat membuka pintu langit.

Menyitir QS Ibrahim ayat 20, Syekh Ibn Athaillah As Sakandari menguraikan dalam kitab Al Hikamnya bahwa kita dianjurkan untuk tidak meninggalkan dzikir, meski hati sedang lalai dan sedang tidak bersama Allah.

Sebab kelalaian tanpa dzikir itu lebih buruk daripada kelalaian dengan dzikir. Bisa jadi Allah mengangkat kita dari dzikir dengan kelalaian ke dzikir dengan hati terjaga, dari dzikir dengan hati terjaga ke dzikir dengan hati waspada, dari zikir dengan hati waspada ke zikir fana, yang demikian itu tidak sulit bagi-Nya. 

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Berdzikir pada saat orang-orang pada lalai tidak hanya merupakan ajang pendekatan kita pada sang pencipta, melainkan juga memeliki kedahsayatan yang luar biasa.

Sebagaimana tercatat dalam kitab Jami’ul Ulum wal Hikam:

والتقى رجلان منهم في السوق فقال احدهما لصاحبه تعال حتى نذكر الله في غقلة الناس فخلوا في موضع فذاكر الله ثم تفرقا ثم مات أحدهما فلقيه الأخر في منامه فقال له أشعرت أن الله غفر لناعشية التفينا في السوق؟ 

Dua orang bertemu di pasar. “Mari kita berdzikir mengingat Allah di saat manusia sedang lalai,” ajak seseorang pada yang lain. Setelah berpisah salah satunya meninggal. Lewat mimpi, ia mendengar almarhum berkata, “ingatkah kau sore itu kala kita berdzikir di pasar, Allah ampuni dosa kita.”

Ampunan Allah sengaja dihadiahkan kepada orang yang berdzikir kepada-Nya saat orang lain pada lalai. Terlihatnya memang tidak mudah untuk mengawali kebiasaan baik seperti itu, namun jika ada keinginan dan niat yang kuat insya Allah kita akan dibisakan oleh Allah untuk berdzikir kepada-Nya di kala orang-orang pada lalai.

Seperti saat terjebak macet atau sekedar jalan di mall, alangkah lebih indahnya jika mulut disibukkan dengan dzikir daripada mulut terus mengomentari hal-hal yang tak sedap di depan mata. 

Yang demikian bukan saja agar terlihat lebih islami atau mendapatkan pujian dari orang lain, melainkan bisa digadang-gadang sebagai cara cerdas untuk mendapatkan ampunan Allah atas segala perbuatan dosa yang kadang kita sendiripun tak menyadari kapan melakukannya.

Bukankah Allah selalu membukakan pintu maaf untuk setiap hamba yang datang meminta ampun kepada-Nya? Suratan  dalam Al Qur’an mengingatkan:

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Alhasil, berdzikir rupanya tidak dianjurkan ketika selesai menunaikan ibadah shalat saja. Tetapi juga dianjurkan ketika hati lalai dan orang di sekitar lalai. Jika kita sanggup berdzikir saat orang lain lalai, maka Allah mempersiapkan ampunan yang amat istimewa.

Yang demikian merupakan satu hal yang baik dalam mengefektifkan waktu yang ada. Selain berpahala dan mendapatkan ampunan, lambat lain hati yang kadang lalai kian menjadi hati yang terjaga. 

*Alumnus Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.