ilustrasi sujud

Allah Swt berfirman:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: Ayat 261)

Ayat di atas merupakan salah satu ayat yang menjelaskan tentang keutamaan orang yang bersedekah. Sedekah memiliki banyak keutamaan, di antaranya melipat gandakan rezeki, pahala yang melimpah, dan masih banyak lagi.

Pernahkah terbesit dalam pikiran kita, tentang apa yang akan kita perbuat tatkala Allah Swt tidak menepati janji-Nya yang tertulis dalam al-Quran, tidak mengabulkan doa hamba-Nya, semisal kita sudah bersedekah berkali-kali namun ekonomi kita tetap saja sulit, kita telah berdoa di setiap malam, tetapi permintaan kita belum ada yang pernah dikabulkan. Beranikah kita mengatakan Allah telah lupa dengan janji-Nya. Apakah hanya karena itu kita akan mengorbankan keimanan kita terhadap-Nya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Allah itu Maha Berkehendak, Maha Berkuasa, Ia berhak menciptakan sesuatu, dan tidak menciptakan, tidak ada satupun makhluk yang menyerupai diri-Nya. Kehendak-Nya untuk mengabulkan dan tidak mengabulkan doa hamba-Nya justru menunjukkan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas, itulah sifat yang harus dimiliki Tuhan.

Kekuasaan Allah SWT itu tidak terikat dengan apapun, bahkan disebutkan bahwa salah satu sifat mustahil bagi Allah SWT adalah terpaksa, Ia melakukan apapun atas kehendak-Nya sendiri tanpa ada perintah atau permintaan siapapun. Pantaskah kita mengatur-mengatur tuhan kita sendiri demi mewujudkan keinginan kita, betapa buruk etika kita terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.

Seorang budak pasti akan tunduk kepada tuannya, dan akan melaksanakan apapun perintahnya karena ia mengerti siapa dirinya. Begitulah etika kita sebagai hamba terhadap Allah SWT, selalu menaati perintah, tunduk, dan menjauhi larangan-Nya.

Allah SWT yang menciptakan kita, seharusnya kita berterima kasih dan bersyukur kepada-Nya, meskipun Allah SWT tidak membutuhkan semua itu, akan tetapi malulah sebagai hamba-Nya yang lemah dan tak berdaya.

Apabila kita memahami kehendak dan kekuasaan Allah SWT, niscaya apapun yang kita lakukan akan terasa ringan, tanpa memikirkan balasan apa yang akan Allah beri kepada kita, percayalah Allah tidak meletakkan kebahagiaan terhadap harta yang melimpah ruah, melainkan pada ketenangan jiwa dalam melakukan kebaikan karna memiliki iman yang kuat.

Skenario yang Allah buat memang cerdas dan bijak, pada dasarnya Allah tidak ingin memberi balasan yang bersifat materialis, hal tersebut cukup kita jadikan sebagai motivasi agar kita rajin melakukan kebajikan. Sejatinya Allah ingin menunjukkan balasan yang hakiki terhadap hamba-Nya berupa keimanan yang kokoh yang tidak dapat dinilai dengan apapun.


Ditulis oleh Samsul, Mahasantri Mahad Aly An-Nur II Al-Murtadlo Malang