Oleh: KH. Junaidi Hidayat*

اِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْن

Melalui khutbah ini mari kita mantapkan komitmen dan kesungguhan kita dalam menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah. Kita jalankan segala hal yang diperintah oleh Allah ((المَأْمُوْرَات. Baik perintah-Nya berupa (الوَاجِبَاتُ), yakni hal-hal yang memang harus kita lakukan. Maupun perintah yang bersifat ((المَنْدُوْبَاتُ, yakni perkara-perkara yang dianjurkan untuk mengerjakannya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Serta kita tinggalkan segala hal yang dilarang oleh Allah (المَنْهْيَاتَ). Baik larangan yang memang harus ditinggalkan, maupun hal-hal yang sebaiknya ditinggalkan, yakni al-makruhat (dimakruhkan). Hal tersebut menjadi modal bagi kita untuk mendapatkan kehidupan yang hakiki di dunia dan akhirat.

Jamaah Jumat Rahimaakumullah…

Segala sesuatu pasti diawali dengan ilmu. Prestasi harus diawali dengan ilmu, kebahagiaan juga harus diawali dengan ilmu. Karena memang Allah mengawali segala bentuk penciptaan dengan ilmu. Ketika Allah menciptakan Adam yang paling ditekankan adalah pengetahuan Adam.

وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِی بِأَسۡمَاۤءِ هَـٰۤؤُلَاۤءِ إِن كُنتُمۡ صَـٰدِقِینَ

Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” [Surat Al-Baqarah: 31]

Ketika Allah mengutus Nabi Muhammmad, hal yang pertama kali diwahyukan adalah Surat Al-‘Alaq, yakni Iqra’ (bacalah). Ini mengindikasikan bahwa membaca adalah bagian dari ilmu. Ilmu adalah pembeda antara manusia dengan makhluk lain. Oleh karena kita sebagai santri harus bisa memaksimalkan kecintaan kita terhadap ilmu. Apalagi di kawasan penuh ilmu yakni pondok pesantren.

Allah menciptakan segala sesuatu dengan dua kemungkinan, yang pertama adalah iktisabiyah. Yakni, sesuatu yang didapat melalui proses. Untuk dapat kita harus ngaji, sekolah, dan kegiatan positif lainnya. Itu jalur yang bersifat adanya usaha dan membutuhkan manajemen.

Yang kedua, sesuatu yang diperoleh tanpa usaha. Atau biasa diistilahkan dengan ilmu Laduni, وَعَلَّمۡنَـٰهُ مِن لَّدُنَّا عِلۡمࣰا.  Bisa jadi karena adab, ibadah dan lain-lain. Lalu diberi keistimewaan oleh Allah. Kalau nabi dinamai Mukjizat, kalau wali namanya Karomah, kalau orang biasa namanya Maunah.

Jadi misal kita menjaga kehormatan orang lain, menghormati guru-guru kita, loyal terhadap teman. Insya Allah, Allah akan menurunkan kekuatan Ghairu Iktisabiyah di situ. Dengan bentuk sebuah keberkahan.

Keberkahan itu bersifat ghoiruAdiyat (bukan kebiasaan). Karena sudah di luar nalar. Nah, santri bisa menyeimbangkan kedua jalur itu. Melalui iktisabiyah dan ghoiru iktisabiyah. Dengan cara belajar tekun, ibadah, menghormati guru dan teman.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ

وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ

وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

*Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aqobah Seblak Jombang.