CEO Harian Bangsa & bangsaonline.com, M. Mas’ud Adnan, M.Si. saat menjelaskan keberanian sosok Gus Dur, Rabu (21/12/2022)

Tebuireng.online- Seminar Nasional Haul ke-13 Gus Dur dengan tema “Perjuangan Gus Dur dan Masa Depan Moderasi Beragama”, digelar Ikatan Keluarga Alum Pesantren Tebuireng pada Rabu (21/12/2022) di gedung KH Yusuf Hasyim lantai 3. Menghadirkan narasumber Prof. Masdar Hilmy, Dr. Kiai Ngatawi Al-Zastrow, dan Drs. M. Mas’ud Adnan, acara ini dihadiri 300 peserta.

Keynote speaker dalam seminar ini, KH. Abdul Hakim Mahfudz menyampaikan, “Pemikiran Gus Dur yang luar biasa adalah menyatukan antara pemikiran dasar negara dengan pemikiran masyarakat, sehingga dapat diterima oleh masyarakat,” ucap beliau.

Selain itu, salah satu narasumber, CEO Harian Bangsa & bangsaonline.com, M. Mas’ud Adnan, M.Si. mengatakan, bahwa sosok Gus Dur merupakan sosok pemberani. Yang mana sejak dulu sosok Gus Dur berpegang teguh bahwa dunia ini butuh pahlawan yang memiliki keberanian yang individualitas atau tersendiri. Karena keberaniannya, Gus Dur tidak peduli popularitasnya turun ataupun naik, tidak pernah peduli dengan omongan orang.

Menurutnya, marak isu bahwa Gus Dur mengganti ucapan “assalamualaikum dengan “selamat pagi” adalah peristiwa yang menarik dan perlu diklarifikasi dan hal tersebut juga ditulis tempo hari di media. Yang mana Gus Dur menyampaikan tentang budaya dan agama bahwa secara kultural dan budaya ucapan “assalamualaikum sama dengan “selamat pagi”. Seperti halnya di negara Arab yang tidak secara terus-menerus mengucapkan salam melainkan juga mengucapkan dengan shobakhul khair.

Dalam wawancara klarifikasi tersebut, penulis buku “Miliader Tapi Dermawan” ini menyampaikan bahwa dalam kalimat asslamualaikum terdapat dimensi syariat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Terlepas dari itu semua, pada saat itu, Edi Kurnadi selaku wartawan melakukan klarifikasi, tapi yang terjadi banyak orang yang tetap tidak percaya dan menganggap hal tersebut hanya sebagai rekayasa. Karena menurut Gus Dur setiap orang pasti percaya pada edisi pertama dan tidak semua membaca edisi yang kedua. Dan hal tersebut tidak Gus Dur pedulikan.

Hal lain yang menarik dari sosok Gus Dur, ia sangat peduli dengan ketidakadilan

“Politik individu sangat kontemporer dan sesuai kebutuhan. Ketika masalah-masalah kebutuhan itu sudah tidak relevan dengan kepentingan dirinya. Pastinya ditinggal dalam politik. Seperti kata Gus Dur, ‘tidak usah terlalu serius dalam politik, cukup santai saja’,” pungkasnya.

Pewarta: Qurratul Adawiyah & Inayah