Bentuk kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya disebut dengan rahmat. Dalam teks qur’ani, biasanya kerap dibahas mengenai perbedaan lafadz rahman dan rahim. Kedua lafadz tersebut memiliki akar kata yang sama dan memiliki kemiripan dalam segi makna, yaitu lafadz rahman memiliki jangkauan yang lebih luas karena berlaku untuk di dunia dan akhirat. Sedangkan rshim hanya dikhususkan untuk kasih sayang Allah di akhirat (yang ditujukan untuk hamba yang beriman).

Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan meninjau keagungan rahmat Allah dari lafadz-lafadz yang memiliki akar kata rahima ataupun yang sejenisnya. Namun, kita akan berfokus pada ayat Al-Quran yang membahas mengenai surga dan neraka, yang di dalamnya tersirat begitu agung kasih sayang yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Ayat yang akan menjadi fokus pembahasan kali ini adalah Q.S. Az-Zumar ayat 71 dan 73. Pembahasan awal pada ayat 71 menceritakan keadaan orang-orang kafir kelak di akhirat.

وَسِيْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى جَهَنَّمَ زُمَرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءُوْهَا فُتِحَتْ اَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَآ اَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنْكُمْ يَتْلُوْنَ عَلَيْكُمْ اٰيٰتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُوْنَكُمْ لِقَاۤءَ يَوْمِكُمْ هٰذَا ۗقَالُوْا بَلٰى وَلٰكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ ٧١

Artinya: “Orang-orang yang kufur digiring ke (neraka) Jahanam secara berombongan sehingga apabila mereka telah sampai di sana, pintu-pintunya dibuka dan para penjaganya berkata kepada mereka, “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu yang membacakan ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu pertemuan (dengan) harimu ini?” Mereka menjawab, “Benar, (telah datang para rasul).” Akan tetapi, ketetapan azab pasti berlaku terhadap orang-orang kafir.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kemudian pada ayat 73 menceritakan keadaan yang berkebalikan dengan ayat sebelumnya, yaitu menjelaskan keadaan orang-orang beriman yang digiring menuju ke surga.

وَسِيْقَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ اِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءُوْهَا وَفُتِحَتْ اَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوْهَا خٰلِدِيْنَ ٧٣

Artinya: “Orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan sehingga apabila mereka telah sampai di sana dan pintu-pintunya telah dibuka, para penjaganya berkata kepada mereka, “Salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu), berbahagialah kamu. Maka, masuklah ke dalamnya (untuk tinggal) selama-lamanya!”

Struktur kalimat pada kedua ayat tersebut sekilas sama. Namun terdapat perbedaan yang cukup kentara yaitu penggunaan huruf wawu sebelum lafadz futihat yang hanya ada pada ayat 73. Meninjau dari pembagian jenis-jenis faidah dalam memaknai penggunaan huruf wawu, dalam ayat tersebut, huruf wawu memiliki faidah hal, yaitu menunjukkan sebuah keadaan atau kondisi.

Pada ayat 71, lafadz futihat tidak disertai dengan huruf wawu. Hal tersebut menunjukkan bahwa dibukanya pintu neraka itu menunggu kedatangan para orang-orang kafir sebagai penghuninya. Baru ketika mereka telah tiba, pintu neraka ini dibuka. Pintu yang masih tertutup dan baru dibuka ketika para penghuninya datang ini menjadi simbol bahwa Allah tetap menunjukkan kasih sayangnya bahkan kepada orang-orang yang kafir.

Kemudian jika muncul pernyataan “Jika Allah memang memiliki keagungan kasih sayang, seharusnya tidak ada yang dimasukkan ke dalam neraka.” Maka ini masuk ke dalam pembahasan bahwa itu adalah konsekuensi yang telah Allah sebutkan dalam al-Quran, bahkan sejak masa kehidupan dunia.

Berbeda dengan ayat 73, di mana penyebutan lafadz futihat didahului oleh huruf wawu ḥal. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika orang-orang beriman sampai di depan pintu surga, mereka menemui bahwa pintu telah berada dalam kondisi terbuka. Keadaan pintu yang telah terbuka ini melambangkan sebuah kehangatan sambutan, bentuk penghormatan, dan keagungan kasih sayang Allah dalam memberikan kebahagiaan bagi pra hamba-hambanya yang beriman.

Singkatnya, kedua ayat diatas menunjukkan bahwa Allah adalah Dzat yang arham ar-rahimin, yaitu Dzat Maha Pengasih di antara orang-orang yang mengasihi. Karena pada orang-orang kafir, Allah baru membuka (menunda) pintu neraka ketika mereka telah tiba di hadapannya. Sedangkan bagi orang-orang yang beriman, pintu surga dalam kondisi sudah terbuka ketika mereka datang. Wallahu A’lamu bi ash-Showabi.

Baca Juga: Tips Untuk Mendapatkan Percikan Rahmat Allah


Penulis: Mayada Athya Nadhiroh