ilustrasi sound horeg. foto: kuy.co.id

Dalam beberapa tahun terakhir, Karnaval Sound System Horeg telah menjadi fenomena yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa Timur. Dari desa-desa hingga kota-kota besar, dentuman musik yang menggelegar dari sound system besar yang dipasang di atas mobil truk atau pick-up kini menjadi daya tarik utama dalam setiap karnaval lokal. Namun, seiring dengan popularitasnya yang terus meningkat, muncul pertanyaan penting: Apakah tren ini murni sebagai ekspresi budaya baru, atau hanya sekedar hiburan yang membuat kebisingan?

Karnaval di Jawa Timur telah lama menjadi perayaan budaya yang mencerminkan tradisi masyarakat setempat. Biasanya diadakan dalam rangka memperingati acara penting seperti HUT RI, dan Maulid Nabi. Karnaval ini juga dipenuhi dengan kostum tradisional, tarian, dan pertunjukan budaya lainnya. Namun, dengan hadirnya sound horeg, nuansa karnaval mengalami transformasi besar.

Sound horeg telah memperkenalkan unsur modernisasi yang kuat ke dalam karnaval tradisional, mencampurkan elemen lokal seperti musik dj, dangdut, campursari dengan remix elektronik dan dentuman bas yang memekakkan atau menulikan telinga. Proses akulturasi ini, di satu sisi, menunjukkan bagaimana masyarakat Jawa Timur mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan teknologi. Karnaval tidak lagi hanya menampilkan budaya tradisional, tetapi juga melibatkan teknologi audio yang canggih, menciptakan perpaduan antara yang lama dan yang baru.

Tren ini memang menarik bagi sebagian besar kalangan, terutama anak muda yang merasa bahwa sound horeg membuat karnaval menjadi lebih meriah dan relevan dengan perkembangan zaman. Bagi mereka, sound horeg bukan hanya sekadar alat hiburan, tetapi juga cerminan dari kreativitas dan inovasi komunitas lokal. Pemilik sound system dan pengusaha penyewaan peralatan audio kini berlomba-lomba untuk menciptakan sound system yang lebih besar dan lebih kuat, menjadikan karnaval sebagai ajang unjuk gigi kemampuan teknis mereka.

Namun, di sisi lain, tidak sedikit pihak yang khawatir bahwa tren ini justru mengikis nilai-nilai budaya asli. Beberapa kalangan budaya mengkritik bahwa fokus yang berlebihan pada sound horeg telah menggeser perhatian dari esensi budaya yang lebih mendalam. Karnaval yang dulunya penuh dengan nilai-nilai tradisi dan warisan leluhur, kini lebih mirip dengan pesta jalanan yang dikuasai oleh suara yang bising, memudarkan makna perayaan itu sendiri.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain persoalan budaya, tren sound horeg juga memicu perdebatan terkait dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Suara yang terlalu keras sering kali menimbulkan gangguan, terutama bagi warga yang tinggal di sekitar lokasi karnaval. Tidak jarang, karnaval berlangsung hingga larut malam, dengan volume yang sulit dikendalikan, menyebabkan ketidaknyamanan bagi penduduk.

Di beberapa daerah, keluhan terkait polusi suara ini telah menyebabkan pemerintah setempat memberlakukan peraturan tentang batasan waktu dan volume sound system yang boleh digunakan selama karnaval. Namun, apakah aturan ini akan diikuti oleh seluruh komunitas adalah pertanyaan lain. Keinginan untuk menonjolkan sound horeg yang paling besar dan paling keras sering kali mengabaikan dampak sosial yang ditimbulkannya.

Terlepas dari kontroversi yang ada, sound horeg telah menjadi bagian penting dari dinamika karnaval di Jawa Timur. Namun, penting bagi kita untuk mempertimbangkan apakah tren ini benar-benar memberikan kontribusi positif terhadap pelestarian budaya, atau justru merusak esensi karnaval tradisional. Mungkin solusinya bukanlah menolak sepenuhnya modernisasi, melainkan mencari keseimbangan antara tradisi dan inovasi. Penggabungan elemen tradisional dengan sound horeg yang lebih bijaksana bisa menjadi cara untuk melestarikan nilai-nilai budaya sambil tetap relevan dengan selera generasi muda. Misalnya, menyisipkan pertunjukan seni tradisional atau musik gamelan di sela-sela karnaval yang diiringi oleh sound system modern, dapat menciptakan akulturasi budaya yang lebih harmonis.

Tren sound horeg di karnaval Jawa Timur adalah cerminan dari bagaimana budaya lokal berinteraksi dengan modernitas. Di satu sisi, sound horeg menawarkan ekspresi baru yang penuh energi dan inovasi. Di sisi lain, kita harus tetap waspada agar budaya asli tidak tenggelam di tengah kebisingan teknologi. Karnaval bukan sekadar hiburan massal, melainkan perayaan yang seharusnya memperkuat identitas dan warisan budaya suatu komunitas. Oleh karena itu, memadukan elemen modern dengan tetap mempertahankan inti budaya adalah kunci untuk memastikan bahwa karnaval di Jawa Timur tetap menjadi simbol kebanggaan lokal.


Penulis: Ahmad Shofa Ainul Irfan