Kapolres Jombang saat memberikan sambutan pada acara Pengajian dan Istighosah di PC GP Ansor Jombang (12/01/2017). (Sumber foto: matamatanews.com)

tebuireng.online– Ramainya sikap intoleran dan tindakan provokasi yang akhir-akhir ini marak terjadi, dan dikonsumsi oleh masyarakat baik melalui media online, cetak maupun televisi, Kapolres Jombang AKBP Agung Marlianto mengajak seluruh masyarakat untuk mengingat betapa keberagaman Indonesia sudah mutlak.

Saat ini, menurut AKBP Agung, yang perlu dilakukan adalah menjaga keberagaman itu yang tidak semuanya bisa diterima, dan justru itu yang dikhawatirkan. ’’Ini berpotensi menciptakan gangguan Kamtibmas,’’ ucapnya beberapa waktu lalu saat pengajian dan istighostah bersama Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jombang, Kamis (12/01/2017) malam, di halaman Polres setempat.

Agung lantas menceritakan sikap bijak Almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di masa hidupnya perihal salah seorang Barisan Ansor Serba Guna (Banser) yang masih ragu-ragu untuk menjaga keamanan saat salah satu gereja sedang ada kegiatan.

’’Saat ada Banser yang masih ragu-ragu menjaga gereja bertanya kepada Gus Dur, kemudian Gus Dur menjawab tegas, jika masih ada sedikit keraguan dalam hatimu, berpikirlah bahwa yang kau jaga ini bukan gereja, melainkan Indonesia. Atau setidaknya berpikirlah, bahwa yang kamu jaga adalah kotamu. Yang kamu jaga adalah tanah kelahiranmu. Sebab setiap gangguan yang terjadi di tanah kelahiranmu, pasti akan berdampak kepadamu,’’ tuturnya menirukan jawaban Gus Dur.

Lebih jauh Ia menjelaskan jika sikap toleransi yang ditelandankan oleh Gus Dur hendaknya bisa dijadikan contoh untuk kehidupan berbangsa dan bernegara bagi masing-masing individu, kelompok, maupun organisasi masyarakat (Ormas) khususnya di Jombang.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Senada dengan hal itu, untuk mewaspadai adanya gejala intoleransi di Kota Santri ini, Ketua GP Ansor Jombang H. Zulfikar Damam Ikhwanto mengatakan jika munculnya fenomena saling menjatuhkan ajaran agama satu dengan yang lain, saling hina dalam hal keyakinan adalah bentuk intoleransi.

“Saya pikir semua ini harus diakhiri, tidak boleh ada lagi perpecahan, konflik atau fanatisme yg membabi buta. Apalagi soal SARA. Mari kembali pada landasan ideal Pancasila, Landasan Konstitusional UUD 1945, Kehidupan yg Bhineka Tunggal Ika dan menjaga NKRI ini tetap berdaulat,” jelasnya saat dihubungi, Kamis (19/01/2017).


Pewarta:    Rif’atuz Zuhro

Editor:      M. Abror Rosyidin

Publisher: M. Abror Rosyidin