fadhilah shalat berjamaah 40 hari
fadhilah shalat berjamaah 40 hari

Assalamu’alaikum pak ustad, saya mau bertanya. Apakah boleh niat shalat tidak berbarengan dengan takbiratul ihram? Melainkan lebih lambat dari permulaan takbir tapi masih di dalam takbir.

Sigulambai

Jawaban:

Waalaikumsalam wr wb.

Terima kasih atas pertanyaan saudara semoga kita selalu dalam lindungan Sang Maha Kuasa. Perihal niat memang dalam syariah sangat menentukan keabsahan ibadah kita, terlebih dalam shalat niat menjadi sebuah rukun yang harus dilakukan dan bisa menyebabkan kebatalan jika ditinggalkan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Semua pekerjaan memang ada tata cara, termasuk niat di dalamnya juga ada tatacara melakukannya sebagaimana mestinya dan sesuai tuntutan agama. Dalam madzhab Syafii sendiri niat sendiri diartikan dengan:

النِّيَّةُ لُغَةً الْقَصْدُ وَشَرْعًا قَصْدُ الْشَّيْءِ مُقْتَرِنًا بِفِعْلِهِ فَإِنْ تَرَاخَى عَنْهُ سُمِّيَ عَزْمًا وَحُكْمُهَا الْوُجُوْبُ وَمَحَلُّهَا الْقَلْبُ

“Niat secara bahasa adalah menyengaja, sedangkan menurut istilah syariat ialah tekad untuk melakukan sesuatu yang terbersit besertaan dengan melakukan suatu pekerjaan. Apabila tekad kuat tersebut terbersit sebelum melakukannya maka disebut dengan ‘azm. Hukumnya niat adalah wajib, dan tempatnya niat adalah dalam hati.” (Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zain fi Irsyad Al-Mubtadiin, [Beirut: Dar Al-Fikr], juz I, halaman 18).

Maka sudah semestinya niat memang dilakukan saat awal kita memasuki shalat, dalam hal ini takbiratul ihram:

وَيَجِبُ قَرْنُ النِّيَّةِ بِتَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ لِأَنَّهَا أَوَّلُ الْأَرْكَانِ بِأَنْ يُقَرِّنَهَا بِأَوَّلِهِ وَيَسْتَصْحِبَهَا إلَى آخِرِهِ

  “Wajib untuk membarengkan niat dengan takbiratul ihram, karena takbiratul ihram adalah rukun pertama, yaitu membarengkannya dengan awal takbiratul ihram dan menyertakannya sampai akhir.” (Muhammad Khatib Asy-Syirbini, Al-Iqna’ fi Halli Alfadz Abi Syuja’, [Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah], juz I, halaman 299).

Namun memang terkadang hal semacam ini lumayan sulit untuk dilakukan, tidak jarang dari kita malah berkali-kali takbir demi memantapkannya, akan kesulitan ini terkadang juga memberi sebuah kesempatan untuk menjadi syak (ragu) dan menyebabkan was-was. Imam Al-Haromain dan Al-Ghazali dalam kitab al-Basith berpendapat:

وَاخْتَارَ إمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَالْغَزَالِيُّ فِي الْبَسِيطِ وَغَيْرُهُ أَنَّهُ لا يَجِبُ التَّدْقِيقُ الْمَذْكُورُ فِي تَحْقِيقِ مُقَارَنَةِ النِّيَّةِ وَأَنَّهُ تَكْفِي الْمُقَارَنَةُ الْعُرْفِيَّةُ الْعَامِّيَّةُ بِحَيْثُ يُعَدُّ مُسْتَحْضِرًا لِصَلاتِهِ غَيْرَ غَافِلٍ عَنْهَا اقْتِدَاءً بِالأَوَّلِينَ فِي تَسَامُحِهِمْ فِي ذَلِكَ وَهَذَا الَّذِي اخْتَارَاهُ هُوَ الْمُخْتَارُ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ

 “Imam Al-Haramain dan Al-Ghazali dalam kitab Al-Basith dan selainnya menyatakan bahwa tidak wajib untuk tadqiq (melakukan niat bersamaan dengan takbiratul ihram dari awal sampai akhir) yang telah disebutkan dalam hal ben​​​​​​ar-benar membarengkan niat dengan takbiratul ikhram. Sesungguhnya sudah mencukupi berbarengan secara umum menurut umumnya orang, dengan sekiranya orang​​​​​​ dianggap telah ​​​​​​menghadirkan niat untuk shalatnya tanpa lupa darinya, dan inilah pendapat yang dipilih. Wallahu a’lam.” (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh Al-Muhaddzab, [Beirut: Dar Al-Fikr], juz III, halaman 243).

وَفِىْ الْمَجْمُوْعِ واَلتَّنْقِيْحِ الْمُخْتَارُ مَا إِخْتَارَهُ اْلإِمَامُ الْغَزَالِيُّ أَنًّهُ تَكْفِيْ الْمُقَارَنَةُ الْعُرْفِيَّةُ بِأَنْ يُوْجَدَ النِّيَّةُ كُلُّهَا أَوْ بَعْضُهَا فِى أَوَّلِهِ أَوْ آخِرِهِ بِحَيْثُ يُعَدُّ مُسْتَحْضِرًا لِلصَّلاَةِ عِنْدَ الْعَوَامِ

Dalam kitab Al-Majmu’ dan At-Tanqih yang dipilih ialah pendapat yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali bahwasanya cukup berbarengan pada umumnya, dengan gambaran ditemukan niat secara keseluruhan atau sebagiannya pada permulaan takbiratul ihram atau akhirnya, sekira ia dianggap menghadirkan niat untuk shalat menurut orang awam.” (Yasin bin Isa Al-Fadani, Al-Fawaid Al-Janiyah, [Beirut: Dar Al-Fikr], juz I, halaman 155).

Maka pendapat ini bisa kita jadikan landasan, untuk tidak menyulitkan kita dalam melakukan dan memantapkan niat dalam sholat, karena menurut Al-Ghazali yang dimaksud bersamaan adalah bersama secara uruf, dalam artian tidak harus persis bersama. Wallahua’lam

Baca Juga: Sunnahnya Melafalkan Niat Sebelum Shalat

Ditulis oleh Faizal Amin, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari