Ilustrasi: orang menyesal

Rubrik ini diasuh oleh KH. Muthohharun Afif, alumni Tebuireng yang saat ini mengasuh Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin dan Al-Amin di Mojokerto. Ketika di Tebuireng, beliau menjadi salah satu murid KH. Idris Kamali dan KH. Shobari. Tulisan ini merupakan hasil resapan dari apa yang beliau sampaikan ketika ngaji kitab Nasaih al-‘Ibad.

لَا تَحْقِرُوا الذُنُوْبَ الصِغَار

Jangan meremehkan dosa-dosa kecil.

Terkadang kita sering meremehkan dosa yang kecil-kecil. Dosa melihat hal-hal yang berbau syahwat misalnya. Kalau kita berani berkata, “halah ndak masalah dosanya nggak seberapa”. Siap-siap saja merambah ke dosa-dosa yang lainnya. Yang kecil-kecil ini kalau dibiarkan apa tidak menumpuk? Akhirnya menjadi dosa besar.

Yang paling parah, jika kita sudah tidak merasa salah, tidak ada rasa ingin mohon ampun kepada Allah. Sebab kadang kala di situlah Allah menempatkan murkanya. Na’udzu billahi Min Dzaalika.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tahqir (meremehkan) tidak hanya soal dosa, tapi kaitannya dengan pahala. Jangan sampai kita meremehkan suatu amal yang kelihatannya remeh. Siapa tahu rahmat Allah datang ketika kita berbuat amal kecil.

لَاصَغِيْرَةَ مَعَ الإِصْرَارِ

Tidak ada dosa kecil, jika dilakukan terus menerus.

Sebab dosa kecil yang dilanggengkan akan menjadi dosa yang besar. Bahkan jika seseorang mempunyai hasrat untuk terus-menerus melakukan dosa kecil tersebut, maka hakikatnya juga melakukan dosa besar.

وَلَا كَبِيْرَةَ مَعَ الإِسْتِغْفَارِ

Tidak ada dosa besar, jika sudah taubat.

Lafaz ((الإسْتِغْفَارِ pada kalimat itu, bukan hanya sekedar melafalkan istigfar. Tapi maksudnya adalah taubat nasuha. Yakni pertobatan seseorang yang mempunyai sebuah penyesalan atas dosanya. Akan tetapi kalau dosa kita berhubungan dengan orang lain. Ya, harus diselesaikan bersama orang itu.

Ada kisah seorang yang telah membunuh 99 orang. Lalu ia sowan kepada ahli agama. Ia mengutarakan tindak kriminal itu kepadanya. Dan bertanya, “Bagaimana pendapat Anda, apakah dosa saya diampuni?”.

Ternyata pria itu bertanya pada orang yang tak benar-benar ahli agama. Lantas ahli agama tersebut mengatakan, “Ya, ndak bisa. Itu sudah kelewat batas!”.

“Hah”, kata si pembunuh dengan wajah geram. Jawaban itu membuat pria sang pembunuh merasa tersinggung. Akhirnya ia membunuh orang yang berada di depannya itu. Genap sudah ia membunuh 100 orang.

Pembunuh yang ingin taubat, melanjutkan perjalanan mencari seseorang untuk ditanya lagi. Ditemuinya orang alim di sebuah tempat. Pria pembunuh bertanya kepadanya, “Bagaimana jika ada orang yang telah membunuh 100 orang. Apakah masih diterima taubatnya?”.

“Loh. Jangankan 100 orang. Dosamu sundul langit pun masih diampuni oleh Allah, kalau benar-benar tobat,” jawab orang alim tersebut.

“Tapi ada syaratnya. Kamu harus pergi dari tempat yang biasa kamu buat maksiat,” imbuh orang alim.

Hmm. Begitu, ya sudah. Terima kasih. Saya akan melakukannya,” tanggapan pria si pembunuh.

Akhirnya pria itu melakukan perjalanan pindah ke sebuah desa yang dipenuhi oleh orang-orang saleh. Agar ia bisa mendapat bimbingan dan arahan. Tak sampai di desa tersebut. Mungkin masih separuh perjalanan. Malaikat maut mendatanginya dan mengambil nyawanya.

Ketika malaikat maut menenteng nyawa orang ini. Ada dua malaikat yang menghampirinya. Satu malaikat azab, satunya lagi malaikat rahmat. Terjadilah perdebatan antara dua malaikat ini.

“Saya akan membawa orang ini ke neraka. Sebab ia sudah membunuh 100 orang,” kata malaikat azab.

“Oh, tidak. Orang ini sudah ada kehendak bertaubat. Buktinya ia telah meninggalkan tempat maksiatnya,” malaikat rahmat menanggapi.

“Tapi dia belum sampai ke tempat tujuannya. Mana bisa dihitung tobat,” malaikat azab menimpali.

Datanglah malaikat ke tiga. “Begini saja, kita ukur jarak si mayat dengan tempat asal dan tujuannya. Mana di antara keduanya yang lebih dekat. Yang lebih dekat, itulah nanti yang berhak membawa mayat ini,” katanya.

Akhirnya mereka sepakat untuk mengukur jarak si mayat. Tapi tanpa sepengetahuan mereka, Allah Yang Maha Pengampun, memerintahkan tanah antara mayat dan tempat tujuannya menyempit. Dan memerintahkan tanah antara mayat dan tempat asalnya memanjang. Alhasil pria pembunuh berada di tangan malaikat rahmat yang akan membawanya ke surga.

Wallahu a’lam


Disusun oleh: Yuniar Indra Yahya

(Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Tebuireng)