KH. Salahuddin Wahid bersama KH. Abaidillah Ahror mengelilingi Pesantren al Fatah Temboro Magetan.

Tebuireng.online— Di Kabupaten Magetan terdapat pesantren yang cukup unik, beranama Pesantren al Fatah Temboro. Pesantren tua tersebut tak hanya memiliki 17.000 santri, tapi juga dapat mempengaruhi kehidupan beragama masyarakat sekitarnya. Bahkan di lahan 100 hektar, pesantren tersebut membangun pendidikan santri sebagai sentra Jama’ah Tabligh.

Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah bersama para pengurus pesantren mengunjungi Pesantren Temboro untuk mempelajari manajemen pesantren yang didirikan pada 1953 oleh KH. Shidiqi itu pada Senin (02/04/2018). Kedatangan rombongan dari Tebuireng disambut hangat oleh Pengasuh KH. Ubaidillah Ahror.

“Pondok ini berdiri juga atas barokah Tebuireng. Ayah kami selalu menceritakan pengalamannya mondok di Tebuireng, ke KH Hasyim Asy’ari,” ungkap Kiai Ubadillah. Adik KH. Uzairon Thoifur Abdillah itu juga mengatakan bahwa memang pondok ini menjadi sentra dakwah Jama’ah Tabligh, sehingga para santri dilatih untuk Khuruj, yaitu keluar pondok untuk berdakwah di masyarakat, bahkan hingga ke luar Jawa.

Untuk itu, Gus Sholah menyatakan ingin belajar manajemen pendidikan di Pesantren Temboro ini guna mendapatkan referensi yang bisa diterapkan di Pesantren Tebuireng. “Kita ke sini dalam rangka ingin menunjukkan kepada pengurus dan semua orang bahwa semua pesantren itu baik, walau berbeda-beda,” ungkap Gus Sholah.

Gus Sholah juga ingin tahu lebih dalam tentang Jama’ah Tabligh yang rela bedakwah keliling hingga meninggalkan istri dan keluarga.  “Kok bisa ituloh, istrinya rela ditinggal jauh seperti itu. Kita ingin tahu kenapa bisa begitu,” ungkap Gus Sholah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kiai Ubadillah menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari semangat dakwah Islam. “Kalau kami itu gus, istri ditinggal setahun terus pulang itu, seperti pengantin baru lagi,” ungkap Kiai Ubadillah bergurau disambut tawa hadirin dalam ruangan itu.

Selain bercengkerama di ruangan pertemuan itu, Gus Sholah dan rombongan juga diajak untuk mengelilingi area pesantren yang luasnya kurang lebih 100 hektar itu dengan mobil khusus. Rombongan bisa melihat para santri berlalulalang, masjid, gedung-gedung madrasah, hewan peliharaan seperti kuda, unta, cendrawasih, keledai, hingga pertunjukkan santri memanah dengan mengendarai kuda.


Pewarta: M. Abror Rosyidin

Editor:    Aros