KH. Salahuddin Wahid mengunjungi KH Hasan Abdullah Sahal untuk bersilaturahmi dan membahas masalah kebangsaan pada Senin (02/04/2018). (Foto: Abror)

Tebuireng.online— Usai kunjungan ke Pesantren al Fatah Temboro, Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah bersilaturahmi ke Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Dalam kunjungan itu, Gus Sholah mendiskusikan banyak hal tentang kebangsaan bersama dua Pengasuh Gontor, KH. Hasan Abdullah Sahal dan KH. Syamsul Hadi Abdan.

Dalam kesempatan itu, Kiai Hasan membahas berbagai masalah kebangsaan, misalnya tentang arus informasi di media  yang masif. Menurut Kiai 71 tahun itu, 60 persen dari informasi yang beredar di internet adalah bohong. “Itu 60 persen ngibul semua,” ujar putra KH. Ahmad Sahal itu saat menemui Gus Sholah di kediamannya pada Senin (02/04/2018).

Kiai Sahal juga menegaskan bahwa bangsa Indonesia sekarang ini tidak bisa ditipu lagi, karena adanya gesekan, sehingga dengan gesekan-gesekan itu masyarakat bisa semakin pandai. “Rakyat sudah mengalami masa demi masa, orde lama, orde baru, reformasi, hingga zaman nggak karuan ngene,” celetuk Kiai Hasan.

Kiai Hasan menyebut di tahun politik ini, rakyat harus memilih dengan nurani dan hati, supaya menghasilkan pemimpin yang dapat memimpin. “Kita tidak punya pemimpin yang dapat memimpin yang mempunyai kepemimpinan yang tangguh. Jangan sampai ada pemimpin yang meninggalkan rakyat. Tapi lebih menyedihkan lagi kalau pemimpin ditinggalkan rakyat,” tambahnya.

Menurutnya, Bangsa Indonesia selama ini kebingungan dalam memilih pemimpin, karena saking banyaknya informasi-informasi yang membingungkan. “Dan mereka banyak yang melupakan bahwa sebenarnya kita masih memiliki hati nurani,” pungkasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Setelah berbincang-bincang, Gus Sholah berpamitan untuk kembali ke Tebuireng. Gus Sholah berharap dapat bertemu lagi dengan Kiai Hasan dan melanjutkan obrolan soal kebangsaan dalam perspektif dua kiai kharismatik pengasuh dua pondok pesantren ternama di Indonesia itu.


Pewarta: M. Abror Rosyidin

Editor:    Aros