Pengurus OSIS unit-unit pendidikan di lingkungan Pesantren Tebuireng saling tukar menukar informasi dengan Forum Komunikasi OSIS (FKO) Pesantren Nurul Jadid Paiton pada Rabu (22/11/2017). (Foto: Abror)

Tebuireng.online— Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) menjadi elemen penting dalam pengembangan kemampuan siswa dalam bidang organisasi, kepemimpinan, dan manajemen. Selain di sekolah umum, OSIS juga berkembang di sekolah-sekolah berbasis pesantren, walau dengan format dan nama yang berbeda-beda. Demi menambah wawasan dan tukar pikiran, Forum Komunikasi OSIS (FKO) Putri Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo melaksanakan studi banding ke Pesantren Tebuireng pada Rabu (22/11/2017).

Rombongan yang hadir sekitar pukul 13.00 WIB ini disambut oleh beberapa pimpinan Pesantren Tebuireng, di antaranya, Mudir bidang Pondok, H. Lukman Hakim BA., Mudir bidang Pendidikan, H. Kusnadi Said, Kepala Pondok Putra Pesantren Tebuireng, Ustadz Iskandar, dan beberapa kepala unit pendidikan di lingkunga Yayasan KH. Hasyim Asy’ari didampingi beberapa pengurus OSIS dari masing-masing unit.

Perwakilan rombongan dari Pesantren Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid Wahid menjelaskan kedatangan pihaknya ke Pesantren Tebuireng ini dengan membawa para aktivis sekolah di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Mereka, lanjut Rektor IAI Nurul Jadid itu, tergabung dalam FAO (Forum Komunikasi OSIS) di tujuh lembaga di bawah naungan Pesantren Nurul Jadid Paiton.

“Tebuireng ini selain menjadi bidan yang melahirkan Nahdlatul Ulama sekaligus juga pemimpin pertama Nahdlatul Ulama, Rais Akbar, juga barang kali kalau kita belajar sejarah, juga baik sebelum maupun setelah kemerdekaan, banyak melahirkan inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan,” ungkap mantan Anggota DPR RI periode 2009-2014 itu. Ia menyebut, banyak sekali sumber bacaan tentang sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia, namun salah satu yang sumber yang baik untuk dibaca, yaitu sejarah KH. Abdul Wahid Hasyim.

Mudir bidang Pondok Pesantren Tebuireng, H. Lukmna Hakim BA., menjelaskan bahwa Tebuireng dan Nurul Jadid Paiton silaturahminya tidak terputus-putus. “Mulai dari Sitobundo, Asembagus, Nurul Jadid, adalah keluarga besar Tebuireng. Kunjungan adik-adik sekalian adalah bentuk napak tilas sejarah masyayikh-masyayikh terdahulu. Karena Tebuireng dan nurul jadid itu tidak bisa dipisahkan,” ungkap pria asal Banten itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selanjutnya, Mudir bidang Pendidikan, H. Kusnadi Said mengingatkan agar para siswi tidak menjadikan organisasi sebagai tujuan, melainkan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Fungsi adanya OSIS adalah menampung segala sesuatu yang belum disampaikan oleh guru di kelas, atau  meneruskannya. Maka dari itu, menurut H. Kusnadi, pengurus OSIS harus memahami struktur, fungsi, dan tugas masing-masing.

Setelah acara seremonial dilaksanakan, dipandu guru dan pimpinan unit yang hadir, pengurus FKO Nurul Jadid yang berjumlah 55 santriwati itu, berdiskusi dengan para pengurus OSIS di seluruh Unit Pendidikan di Pesantren Tebuireng. Uniknya, dalam diskusi ini, mereka dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu satu kelompok SLTP dan dua kelompok SLTA. Mereka mendiskusikan banyak hal, mulai dari program kerja, sistem organisasi, manajemen, struktur, garis organasisasi dan banyak hal lainnya.

Usai berdiskusi, rombongan berziarah ke makam Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, KH. Abdurrahman Wahid, KH. A. Wahid Hasyim dan para Masyayikh Tebuireng lainnya. Rombongan meninggalkan Tebuireng sekitar pukul 16.15 WIB.


Pewarta:             M. Abror Rosyidin

Editor/Publisher: MAR