Ilustrasi maulid Nabi Muhammad Saw.

Perjalanan waktu atau time travel sering kali dianggap sebagai konsep yang hanya ada dalam dunia fiksi ilmiah. Namun, dalam tradisi Islam, terdapat peristiwa yang menarik jika dilihat dari perspektif ini, yaitu Isra Mi’raj Nabi Muhammad. Meskipun merupakan bagian dari keyakinan religius, analisis ilmiah dapat memberikan wawasan baru terhadap pemahaman kita tentang waktu dan ruang.

Isra Mi’raj: Melampaui Dimensi Waktu

Isra Mi’raj adalah perjalanan malam Nabi Muhammad Saw., dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra) dan dari sana naik ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh (Mi’raj). Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat, sehingga manusia pada zamannya menganggapnya mustahil. Jika dilihat dari sudut pandang ilmiah, Isra Mi’raj menunjukkan kemungkinan adanya fenomena di luar batas hukum fisika yang kita pahami.

Dalam fisika modern, teori relativitas Einstein membuka kemungkinan untuk “melampaui” waktu seperti yang kita alami. Menurut teori ini, waktu dapat melambat atau bahkan berhenti bagi seseorang yang bergerak dengan kecepatan mendekati cahaya. Hal ini relevan dengan perjalanan Nabi Muhammad Saw., yang tidak terikat oleh waktu bumi. Sebuah studi dari ResearchGate berjudul Study of Relativity Theory of Einstein: The Story of Ashabul Kahf and Isra’ Mi’raj menyebutkan bahwa perjalanan ini dapat dianalisis sebagai fenomena relativitas waktu yang didukung oleh dimensi ruang-waktu yang berbeda.

Lebih jauh lagi, perjalanan Isra Mi’raj juga dapat dilihat sebagai ilustrasi bahwa dimensi ruang dan waktu tidak bersifat absolut. Dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad tidak hanya berpindah lokasi tetapi juga mengakses dimensi yang tidak dapat dijangkau oleh manusia biasa. Hal ini sejalan dengan gagasan bahwa waktu adalah variabel fleksibel yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti gravitasi dan kecepatan, sebagaimana dijelaskan dalam teori relativitas umum. Fenomena ini menunjukkan bahwa pemahaman kita tentang waktu dalam konteks duniawi mungkin tidak cukup untuk menjelaskan pengalaman spiritual yang melibatkan dimensi ilahi.

Dimensi Waktu dalam Perspektif Religius

Dalam tradisi Islam, waktu adalah ciptaan Allah yang berada sepenuhnya di bawah kendali-Nya. Al-Qur’an sendiri menggambarkan bagaimana Allah “menggenggam” waktu dan dapat memperpanjang atau memendekkannya sesuai kehendak-Nya. Dalam Surah Al-Hajj ayat 47 disebutkan bahwa “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” Ayat ini menunjukkan bahwa waktu dalam perspektif ilahi berbeda dengan waktu yang dialami manusia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Isra Mi’raj juga menjadi bukti bahwa Allah dapat mengatur waktu sedemikian rupa sehingga peristiwa besar dapat terjadi tanpa mengikuti hukum fisika duniawi. Dalam perspektif ini, perjalanan Nabi Muhammad adalah bukti kekuasaan Allah atas dimensi ruang dan waktu, sekaligus pengingat bahwa sains memiliki keterbatasan dalam menjelaskan fenomena spiritual.

Hubungan Sains dan Agama dalam Memahami Isra Mi’raj

Artikel yang diterbitkan di Physics Forums menyebutkan bahwa narasi religius tentang waktu sering kali mendahului penemuan ilmiah modern. Konsep dilatasi waktu, misalnya, telah lama digambarkan dalam kisah-kisah kuno, termasuk dalam Al-Qur’an (Physics Forums, 2023). Dalam konteks Isra Mi’raj, perjalanan melampaui batas ruang dan waktu menunjukkan bagaimana agama dapat menawarkan perspektif yang melengkapi sains.

Selain itu, banyak peneliti mencoba memahami Isra Mi’raj melalui pendekatan fisika teoretis. Salah satu pendekatan yang relevan adalah teori dimensi tambahan, yang menunjukkan bahwa alam semesta kita mungkin memiliki dimensi lain yang tidak dapat kita amati secara langsung. Dalam teori ini, dimensi tambahan dapat menjelaskan bagaimana Nabi Muhammad mampu melakukan perjalanan yang melampaui ruang dan waktu konvensional. Studi yang diterbitkan di Physics Essays mendukung gagasan bahwa dimensi tambahan ini mungkin memiliki efek signifikan terhadap persepsi waktu dan ruang dalam pengalaman spiritual.

Refleksi dan Implikasi

Isra Mi’raj memberikan banyak pelajaran, baik dalam konteks spiritual maupun ilmiah. Dalam tradisi Islam, peristiwa ini adalah bukti nyata kekuasaan Allah SWT dan pengingat bahwa dunia fisik hanyalah sebagian kecil dari ciptaan-Nya. Dalam sains, peristiwa ini menginspirasi eksplorasi lebih lanjut tentang sifat ruang dan waktu serta hubungan antara dimensi fisik dan spiritual.

Meskipun konsep time travel dalam sains modern sering kali berbasis spekulasi dan teori, peristiwa Isra’ Mi’raj memberikan wawasan yang mendalam tentang kemungkinan adanya dimensi waktu yang berbeda. Dengan menggabungkan perspektif spiritual dan ilmiah, kita dapat lebih menghargai kompleksitas alam semesta yang diciptakan oleh Allah SWT.

Isra Mi’raj adalah salah satu peristiwa paling luar biasa dalam sejarah spiritual umat manusia. Dengan memahami peristiwa ini melalui lensa agama dan sains, kita tidak hanya memperdalam iman tetapi juga memperluas wawasan tentang sifat dasar ruang dan waktu. Hal ini mengingatkan kita bahwa ilmu pengetahuan dan keyakinan dapat saling melengkapi dalam menjelaskan fenomena yang melampaui batas pemahaman manusia. Wallahu A’lam…



Penulis: Ahsanal Kamal