Judul Buku : Islah Cinta
Penulis : Dini Fitria
Penyunting : Falcon Publishing
Penerbit : PT. Falcon
Cetakan : Pertama, Mei 2017
Tebal Buku : 414 halaman
ISBN : 978-602-60514-8-6
Resenator : Nur Ifana*
Novel ini menceritakan tentang perjalanan cinta seorang jurnalis wanita. Diva, tokoh utama dalam novel ini adalah seorang jurnalis dan presenter terkenal di Televisi. Gadis asal pulau Sumatra ini hidup di kota metropolitan Jakarta untuk bekerja sebagai seorang jurnalis. Karirnya dalam berkecimpung di dunia jurnalis ini membuat dirinya berkeliling dunia. Pasalnya, proyek kerjanya meliput wajah Islam yang penuh cinta dan rahmatan lil alamin di negara-negara dunia. Dalam novel ini, Diva beserta Mas Jay, senior di kantornya melakukan perjalanan kerjanya ke negara India. Ini adalah tempat kesekian setelah dirinya melakukan perjalanan ke Spanyol. Misi dalam perjalanan ini, tak lain untuk meliput wajah Islam yang penuh Cinta.
Dalam buku ini, penulis menceritakan tentang kota India sedemikian rupa. Mulai dari kondisi sosial, budaya dan tentang sejarah peradaban Islam di India. India, negeri para dewa dengan sejuta cerita kejayaan Islam yang tak kalah dengan peradaban Islam di eropa. Dinasti Mughal, merupakan dinasti Islam di India dengan peninggalanya yang menarik perhatian seantero dunia, Tajmahal, bangunan putih yang indah menawan menjadi saksi bisu cinta sang raja, Shah Jahan atas kepergian istrinya. Cintanya yang begitu dalam benar-benar meninggalkan luka bagi sang raja.
Penulis juga menceritakan tentang asal usul Islam di India. “Islam menduduki India kurang lebih 600 tahun melalui penaklukan demi penaklukan wilayah dan kerajaan Hindu. Penaklukan ini tidak memaksa kerajaan hindu untuk pindah keyakinan, hanya mewajibkan untuk bayar jizyah dan mengakui kekuasaan dari kerajaan Islam” (234).
Negeri dewa ini mengajarkan cinta sebagai pondasi dalam kehidupan. Pasalnya, pasca keruntuhan dinasti Islam, dinasti Mughal, yang menjadi penyelamat pemeluk umat Islam dari kemurtadan adalah kaum sufi. Mereka para kaum sufi memeluknya dengan ajara cint, bukan dengan ajaran keras dan marah-marah.
Sebut saja Hazrat Nizamuddin, tokoh tarekat Chistiyah yang merupakan salah satu ajaran sufi yang terkenal di Asia Selatan. Ajarannya menekankan pada cinta terhadap sesama, tanpa memandang kasta atau agama. Baginya, setiap manusia sama di mata Tuhan. Hanya iman dan takwa yang membedakan. Ajaran tentang cinta inilah yang menginspirasi dirinya untuk mengenalkan Islam dan berdakwah kepada semua kalangan, terutama di India saat itu.
Dia tidak pernah memaksa orang yang datang padanya untuk memeluk Islam. Yang dia tahu hanya memberi cinta dan kasih. Ajaran cintanya adalah cinta yang tak kenal masa, dimensi dan waktu. Dia percaya bahwa cintalah yang menyelamatkan manusia terhadap segala angkara di dunia. Ajaran cinta ini banyak disenangi oleh orang India yang terperangkap oleh sistem kasta. “Cinta dan agama adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Islam adalah agama yang lahir dari zat yang penuh cinta untuk disebarkan keseluruh penjuru dunia” (101).
Penulis benar-benar membawa pembaca pada masa kejayaan Islam dahulu, terkhusus di India. Dan juga, penulis membawa pembaca pada kekuatan cinta salah satu raja dengan permaisurinya. Tajmahal dengan sejuta cerita yang menjadi saksi bisu cinta seorang raja. Begitu halnya dengan peradaban Islam dan Hindu yang bisa bersatu dan berdampingan dalam negeri dewa itu. Penulis, Dini Fitria yang sudah berkunjung ke tanah Hindustan kedua kalinya pada tahun 2016 lalu itu, benar-benar menyibak tanah itu dengan penuh cerita menarik.
Novel ini, cocok dibaca untuk kaum mahasiswa ataupun lainnya, karena selain bercerita cinta seorang laki-laki dan wanita yang tak bertemu. Namun, kisah ini mengajarkan bahwa melepas dan mengihlaskan masa lalu adalah salah satu kunci untuk menemukan hal baru sebagai jawaban dari Tuhan yang Maha Tahu. Seperti halnya pesan Diva, tokoh utama dalam novel ini di halaman pertama. “Allah knows what is the best for you and when it’s best for you to have it”.
*tim redaksi Tebuireng Online