ilustrasi

Oleh: Martina Mulia Dewi*

Masalah hak-hak perempuan selalu menjadi pembahasan yang tak pernah hilang. Ketika perempuan tidak diperlakukan dengan adil di masyarakat, negara itu tidak bisa dianggap sebagai tempat yang baik dan penuh kasih. Ketika kita melihat dengan sangat hati-hati, hampir tidak ada tempat yang aman dan nyaman bagi perempuan. Di mana pun bisa menjadi tempat yang menakutkan bagi mereka. Bahkan di kampus, yang seharusnya menjadi tempat di mana kita belajar dan bertemu dengan orang-orang pintar, tidak selalu aman bagi perempuan.

Penindasan terhadap perempuan terjadi karena lingkungan dan sistem sosial yang tidak mendukung mereka. Bayangkan seperti penyakit yang menyebar dan merusak masyarakat, mirip dengan kanker yang merusak tubuh secara perlahan. Orang-orang yang tumbuh dalam lingkungan seperti itu cenderung menjadi korban. Kita ingin menghentikannya untuk menghindari penderitaan lebih lanjut, baik sebagai pelaku penindasan maupun korban. Ini penting bagi kita, keluarga, teman-teman, dan orang-orang yang kita sayangi.

Tantangan sosial dan budaya yang tidak mendukung perempuan tidak bisa diselesaikan dengan mudah hanya dengan membuat aturan atau hukum baru. Langkah pertama yang harus kita ambil adalah mengakui bahwa kita belum berhasil menciptakan lingkungan yang aman dan baik bagi perempuan. Kekuatan budaya patriarki telah menciptakan ketakutan dan penindasan yang sering membebani perempuan. Semoga itu lebih mudah dimengerti!

Perubahan Paradigma di Masa Awal Islam

Dulu, di masa awal Islam, di tempat Nabi Muhammad tinggal, perempuan tidak diperlakukan dengan baik. Orang-orang Arab pada saat itu tidak menghargai perempuan, bahkan menganggap mereka tidak berharga.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Salah satu contoh yang ekstrim dari budaya tersebut adalah praktik mengubur bayi perempuan yang masih hidup. Bagi masyarakat Arab sebelum Islam, memiliki putri dianggap tidak berharga. Karena kekuatan dan kejantanan dikaitkan dengan laki-laki, keluarga yang hanya memiliki anak perempuan dianggap telah kehilangan garis keturunan mereka. Sebagai tindakan terakhir, bayi perempuan sering kali dikubur hidup-hidup untuk mencegah “nasib buruk” yang lebih besar.

Perempuan yang “beruntung” untuk tidak mengalami nasib buruk tersebut masih sering kali dianggap rendah. Mereka diperlakukan sebagai pelayan dan hanya dianggap sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan laki-laki.

Di masa lalu, sebelum Islam berkembang, masyarakat sering kali keras dan menindas terhadap perempuan. Tetapi, ketika Nabi Muhammad muncul, semuanya berubah. Beliau dikenal sebagai sosok yang membawa perubahan besar. Sebelum menerima wahyu, Nabi Muhammad telah dikenal karena sifat-sifat luhurnya seperti kejujuran, kepercayaan, kemampuan berkomunikasi, dan pengertian. Beliau juga menantang norma-norma yang tidak adil terhadap perempuan.

Nabi Muhammad memimpin gerakan sosial untuk melawan penindasan, termasuk penindasan terhadap perempuan. Pernikahan beliau dengan Khadijah, seorang perempuan istimewa yang memiliki sifat-sifat mulia, menjadi contoh nyata perlawanan terhadap norma yang tidak adil.

Khadijah dibesarkan dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, bahkan di tengah masyarakat yang kurang bermoral. Dari pernikahan mereka, lahir seorang putri bernama Fatimah az-Zahra. Kelahiran Fatimah menjadi lambang perlawanan terhadap ketidakadilan terhadap perempuan dan menandai awal dari perubahan paradigma dalam kehidupan perempuan.

Ada hal menarik tentang pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah. Beliau memilih untuk hanya menikahi Khadijah dan tidak mencari istri lain sampai Khadijah meninggal. Meskipun pada masa itu, kebanyakan orang menganggap memiliki banyak istri sebagai sesuatu yang perkasa, Nabi Muhammad ingin menunjukkan betapa pentingnya menghormati perempuan. Namun, menciptakan lingkungan yang ramah bagi perempuan tidaklah mudah bagi Nabi Muhammad. Beliau juga mengalami kesedihan ketika putra beliau meninggal dunia pada usia muda.

Kematian putranya mendapat kritik dari masyarakat, yang menganggap Nabi Muhammad tidak lagi memiliki keturunan. Tapi, yang mengejutkan, justru putrinya sendiri yang menjadi penjaga keluarga mulia mereka yang tersebar di seluruh dunia. Dari putrinya, lahir keturunan besar yang menyebarkan ajaran cinta kepada seluruh alam semesta.

Inspirasi dari Kehidupan Fatimah az-Zahra

Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah, adalah contoh perempuan yang baik dan cantik. Ayahnya, Rasulullah Muhammad SAW, sangat menyukainya dan menganggapnya istimewa. Fatimah adalah contoh yang bagus sebagai seorang perempuan. Sebagai putri Nabi Muhammad, dia punya tanggung jawab besar untuk meneruskan pesan-pesan baik dari ayahnya.

Salah satu bab dalam Al-Qu’an yang ditujukan khusus untuk perempuan adalah Surah An-Nisa, yang artinya “perempuan”. Kehadiran Fatimah az-Zahra sebagai putri Nabi Muhammad adalah cara Allah untuk menunjukkan kepada umat manusia bahwa perempuan memiliki nilai yang tinggi, sambil memberikan pedoman tentang bagaimana menjadi perempuan yang berharga. Beberapa ayat dalam Al-Quran turun untuk memberikan contoh hidup sebagai perempuan melalui teladan Fatimah az-Zahra.

Pada masa sekarang, jika kita mempelajari sosoknya, Ia memberikan banyak pelajaran kepada perempuan. Dia mengatakan kepada mereka agar menjadi cerdas, berani, dan tabah. Fatimah juga menunjukkan cara menjaga kesucian dan harga diri.

Fatimah juga mewarisi pengetahuan dan kesucian dari Nabi Muhammad. Dia adalah putri Nabi yang istimewa, istri Sayyidina Ali, dan ibu dari Hasan, Husain, dan Zainab. Dia memimpin perempuan lain pada masanya untuk bangkit dan menjadi lebih kuat. Pelajaran yang dia berikan masih bermanfaat bagi perempuan saat ini dan di masa depan.

Meskipun hidupnya singkat, Fatimah az-Zahra memiliki pengaruh yang besar bagi umat manusia. Dia tumbuh menjadi perempuan yang luar biasa dan berbeda dari norma-norma pada zamannya. Fatimah menjadi lambang perlawanan terhadap sistem yang menindas dan zalim sebelum Islam. Lokasi kubur Fatimah tidak pernah diketahui dengan pasti, memberikan pesan bahwa perjuangan harus terus berlanjut dan misteri harus terungkap.

Fatimah az-Zahra tidak hanya pandai dalam mengurus rumah tangga sebagai seorang wanita muda. Dia juga sangat terampil sebagai pengelola dan manajer. Dia berhasil mengelola Kebun Fadak, sebuah kebun besar yang subur, yang diberikan kepadanya oleh Nabi Muhammad untuk mendukung ekonomi komunitas muslim pada masa itu. Karena prestasinya ini, Fatimah az-Zahra dianggap sebagai sosok yang luar biasa dan memberikan inspirasi bagi semua perempuan di dunia. Tidak heran jika Nabi Muhammad memberinya gelar Sayidatu Nisa al-Alamin, yang berarti “pemimpin wanita di seluruh dunia”.

Perjuangan untuk Kesetaraan Gender

Untuk memastikan masa depan yang lebih baik, kita perlu memperlakukan perempuan dengan adil. Mereka memiliki peran penting dalam perkembangan masyarakat, seperti yang ditunjukkan oleh contoh dari Fatimah az-Zahra. Fatimah tidak hanya menjadi teladan bagi perempuan pada zamannya, tetapi juga mendorong mereka untuk aktif di keluarga dan masyarakat.

Dengan memahami lebih lanjut tentang kehidupan Fatimah az-Zahra, kita dapat belajar banyak dari nilai-nilai yang dia anut. Dia adalah sosok inspiratif bagi kita semua, baik pria maupun perempuan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bersatu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perempuan dan memperjuangkan kesetaraan gender.

Kesimpulan

Jadi, sebagai penutup, pentingnya memperjuangkan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender dalam menciptakan masyarakat yang adil dan berempati. Ini dapat dicapai dengan memahami dan mengambil contoh dari tokoh-tokoh seperti Fatimah az-Zahra dalam sejarah Islam, yang menunjukkan pentingnya peran perempuan dalam membangun komunitas yang kuat dan inklusif. 

Dengan belajar dari perjuangan dan teladan mereka, kita dapat membentuk lingkungan yang mendukung perempuan dan memastikan masa depan yang lebih baik bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin.

*Lifelong Learner, content writer, recipe writer, blogger, and feminist activist, dan Pebisnis di Sabda Literasi Palu.