mbah hasyim vs velentinetebuireng.online– Hari ini, tanggal 14 Februari adalah hari yang pada umumnya muda-mudi di seluruh dunia, khususnya negara-negara barat, memperingati Valentine Day, hari kasih sayang. Valentine Day adalah hari untuk memperingati kematian J. Valentine, seorang pastur yang mati dibunuh karena tidak bisa berpisah dengan kekasihnya setelah melakukan hubungan terlarang. Naudzubillah.

Kalau kita membaca sejarah Islam di Indonesia, 14 Februari juga adalah hari yang bersejarah bagi rakyat Indonesia, khususnya kalangan kaum pesantren dan pengikut jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU). Kenapa demikian? Karena tercatat dalam sejarah, tokoh sentral pendiri NU sekaligus pendiri Pesantren Tebuireng Jombang, Hadratusyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari lahir pada tanggal itu, Selasa Kliwon, 24 Dzul Qo’dah 1287 H, bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 M. (Profil Pesantren Tebuireng, Pustaka Tebuireng: Jombang, 2011, cetakan pertama, hal. 38)

Hari lahir Mbah Hasyim dalam buku Profil Pesantren Tebuireng
Hari lahir Mbah Hasyim dalam buku Profil Pesantren Tebuirengc cetakan Pustaka Tebuireng 2011

Tidak diraguan lagi, peranan Beliau sangat penting sekali bagi perkembangan agama Islam di Indonesia. Beliau mendirikan Pesantren Tebuireng pada tahun 1899 M. dimana hampir sebagian besar pondok Pesantren di Jawa dan Sumatera lahir dari rahim Pesantren Tebuireng dan kyai-kyainya yang pernah nyantri kepada Mbah Hasyim.

Selain itu, Hadratusyaikh juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau mengajak para santrinya untuk berjuang melawan penjajah. Menurut Beliau, berjuang melawan penjajah hukumnya fardlu ‘ain, wajib bagi setiap orang muslim Indonesia. Pada tanggal 22 Oktober 1945 M, beliau mengeluarkan fatwa jihad yang isinya.

“Hukum membela negara dan melawan penjajah adalah fardlu ‘ain bagi setiap mukallaf yang berada dalam radius 88 KM. Perang melawan penjajah adalah jihad fi sabilillah. Oleh karena itu orang Islam yang mati dalam peperangan itu adalah syahid…” (dikutip dari film Sang Kiai).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Fatwa jihad ini kemudian dikenal dengan istilah Resolusi Jihad. Perjuangan Hadratusyaikh dalam membela tanah air tercermin dalam film SANG KIAI, sebuah film perjuangan yang diproduksi oleh Rapi Films pada tahun 2013.

Oleh sebab itu, sebagai muslim Indonesia khususnya Nahdliyin, tidak perlu ikut-ikutan untuk merayakan hari valentine. Karena disamping tidak ada manfaatnya untuk rakyat Indonesia, dikhawatirkan juga akan mengurangi nilai keimanan seorang muslim. Justru sebaliknya kita seharusnya memperingati 14 Februari sebagai hari ulang tahun Hadratusyaikh, dengan cara-cara yang bermanfaat.

tbi3
Acara doa bersama dan khatmil qur’an di Tebuireng III Riau memperingati Hari Lahir Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari

Seperti yang dilakukan oleh para santri Pesantren Tebuireng III Hajarun Najah Riau, mengadakan acara do’a bersama, khatmil qur’an dan istighosah. Disaat pemuda-pemudi hura-hura dan melakukan hal yang dilarang agama, para santri ini mengingat sejarah, belajar kembali, mendoakan, dan mengambil ibrah dari perjalanan Sang Kiai, baik melalui buku, video, dan film.

Pagi tadi (14/02/2016) para Santri Tebuireng III Riau mengadakan acara do’a bersama dan khotmil Qur’an dilanjutkan malam nanti nonton bareng (nobar) video dokumenter sejarah Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari  dan film Sang Kiai. Dengan diselenggarakannya acara tersebut, Pengurus Pesantren Tebuireng III berharap agar para Santri bisa mengenal Hadratusyaikh lebih dalam, meneladani sifat-sifat terpuji beliau, mengenang jasa-jasa beliau bagi perkembangan agama islam di Indonesia, dan peran penting beliau bagi kemerdekaan Indonesia.

Nobar film Sang Kiai akan dirangkai dengan lomba resensi film tersebut. Seusai nonton film, para Santri diberi tugas untuk meresensi atau mengulas film tersebut. Panitia lomba sudah mempersiapkan hadiah kepada tiga peresensi terbaik berupa voucher belanja koptren (Koperasi Pesantren) Tebuireng III senilai total Rp. 250.000,00. Hadiah ini tidak bisa dicairkan dalam bentuk uang, melainkan harus dibelanjakan ke koptren untuk membeli kebutuhan sehari-hari santri.

Lomba ini bertujuan untuk merangsang kreatifitas santri agar pandai dan terampil menulis. Setidaknya mereka bisa meresensi buku yang dibaca atau film yang ditonton. Karena seperti yang diketahui bahwa disamping aktif mengajar, berdakwah, dan berjuang, Hadratusyaikh sendiri juga adalah seorang penulis yang produktif. Beliau meluangkan waktu untuk menulis pada pagi hari, antara pukul 10.00 sampai menjelang dzuhur.” Beliau menulis dalam bahasa Indonesia, Jawa, dan Arab. Di antara karya-karya beliau adalah kitab Adabul ‘Alim wal Mutaallim (adab bagi orang berilmu dan penuntut ilmu). Kitab ini menjadi mata pelajaran wajib madrasah diniyah Tebuireng 3 untuk kelas 2 dan 3 whustho.

Disaat tokoh perjuangan, pahlawan, da’i besar, kiai panutan, ulama NU dan bangsa ini beliau berulang tahun dan patutnya untuk didoakan dan direfleksikan sejarah hidupnya, tepat pada hari ini, dimana kah para santri, pemuda dan genarasi Islam? Sudahkah mendoakan beliau? berziarah ke makam Beliau? Mencontoh perilaku teladan beliau? Atau ber-valentine-ria? (Miftahul Huda/tebuireng III/abror)