Senyumannya terasa berbeda, rasanya memang baru kemarin seperti baru bertemu. Senyum pak Yayan tampak berbeda dibanding saat hari pertama kami bertemu. Tampak wajah murung menyelimuti wajahnya. “ Ini soalnya ada sesepuh Mas yang meninggal, jadi saya koordinasikan kepada teman-teman dulu,” ucap Pak Yayan air muka kebingungan.

Tetapi yang dikhawatirkan Pak Yayan tidak terjadi. Akhirnya beliau bisa mengikuti pembukaan acara bakti sosial ini. Meskipun beliau tidak sempat hadir dalam acara penutup. Meskipun begitu, ditengah suasana duka, terdapat sedikit keceriaan yang terekam indah dalam ingatan panitia. Sebuah suasana kegembiraan yang tiada tara. Senyum dan canda tawa menebar di seluruh penjuru panti asuhan al-furqon ini. Dengan suasana cerah yang indah, hari itu terasa mampu menghapus semua gundah.

Seperti itulah yang terjadi saat hari minggu kemarin, tanggal 27 April 2014 saat para anggota  Himpunan Mahasiswa Santri Alumni Keluarga Tebuireng di Yogyakarta, Himasakti, berkunjung ke panti asuhan Al-Furqan. Di panti asuhan itulah Pak Yayan dengan istrinya bahu-membahu memberikan pelayanan terbaik bagi santri Al-Furqan, sebutan yang mereka pakai untuk menyebut para anak yatim yang mereka asuh. “Ya seperti beginilah mas keadaannya, bangunan kami ya tetap bangunan lama” ungkap Pak Yayan saat kami pertama kali berkunjung kesana.

Ada beberapa alasan kami memilih tempat ini. Bangunan disini memang tergolong lama, dengan model bangunan seperti sekolah dasar yang dibangun tahun tujuh puluhan. Bangunan panti sendiri merupakan bekas Madrasah Tsanawiyah Al-Furqan yang telah ditutup. Dulunya, al-furqan ini merupakan yayasan yang cukup besar. Yayasan ini memiliki Madrasah Tsanawiyah dan SMA. Tetapi seiring waktu bergulir, yayasan ini terpaksa menutup Madrasah Tsanawiyah dan mengganti SMA menjadi SMK yang fokus di bidang tata busana.

Selain dari bangunan, Menurut penuturan Pak Yayan, untuk makanan sehari-hari, insyaallah beliau dan beberapa pengurus yayasan bisa menyediakan. Tetapi untuk alat tulis menulis mereka belum memiliki cukup uang untuk menyediakan. Apalagi dua bulan lagi merupakan awal tahun ajaran baru 2014/2015. Dan hal seperti inilah yang menghantui pikiran Bapak dan Ibu Yayan selaku pengasuh. Mereka khawatir jika nantinya hingga tahun ajaran baru, mereka belum bisa memperoleh peralatan sekolah, apalagi peralatan tulis menulisnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dengan berpatok pada informasi itu, akhirnya panitia sepakat untuk mempersembahkan alat tulis menulis dan santunan uang. Selain itu, panitia juga memberikan beberapa baju layak pakai yang disiapkan untuk para santri. Acara penyerahanpun dilakukan dalam acara puncak bakti sosial Himasakti 2014 pada hari minggu mulai pukul 10.30 hinngga 14.30 yang diakhiri dengan penanaman pohon. Penanaman pohon ini bertujuan agar Himasakti yang tak selamanya dapat berkunjung ke panti asuhan ini mampu memberikan keteduhan, meskipun hanya dengan pohon.

Rangkaian Perjuangan

Ide bakti sosial ini sebenarnya telah muncul sejak berbulan-bulan sebelum April ini. Tetapi karena berbagai hal, akhirnya eksekusi kegiatan ini yang merupakan pembentukan awal panitia, dilaksanakan awal april. Dengan semangat menuju hal yang baru,maka diputuskanlah bakti sosial ini bukan hanya mengunjungi panti asuhan yang pernah dilakukan tahun sebelumnya, tetapi juga dibarengi  dengan pemberian bantuan makanan di berbagai tempat di Yogyakarta.

Kegiatan yang dilaksanakan dua hari ini diawali pada hari sabtu pukul tiga sore. Sebenarnya, kegiatan yang dilaksanakan pada hari sabtu ini rencananya akan dilaksnakan pada pukul 10.00 pagi. Tetapi karena terkendala cuaca, akhirnya panitia memutuskan untuk menunda pembagian sedekah ini saat pukul 15.00 saja.

Pembagian sedekah ini menyasar kepada tiga titik utama keramaian di daerah kota Yogyakarta. Penitia membagi dalam tiga tim yang berbeda. Tim pertama ditempatkan di Jalan Ring Road Selatan dan sekitarnya. Tim kedua berada di tengah-tengah kota dan sekitarnya. Sedangkan tim ketiga menyisir di Jalan Ring Road Utara dan sekitarnya. Setelah prosesi pembagian ini, kesemua tim berkumpul di alun-alun utara untuk melaporkan apa saja yang telah terjadi selama penyerahan bantuan ini.

Obyek kegiatan di hari pertama Bakti Sosial Himasakti 2014 ini ialah tukang becak, tukang sampah, tukang tambal ban, tukang parkir, pedagang asongan, pengemis dan gelandangan. Dengan berbagai ekspresi mereka mengucapkan terimakasih dan mengapresiasi kegiatan ini.  Bahkan panitia juga sempat mendapati bagaimana seorang nenek yang terpaksa merawat cucunya yang masih berusia lima bulan di jalanan dan tidur seadanya di depan emperan toko pada siang hari. Selain itu, panitia juga menemukan hal yang agak langka. Selama perjalanan penyerahan makanan dan minuman ini, ada satu nenek yang tidak mau diberi. Dengan berbagai bujuk rayuan nenek itu tetap saja tidak mau diberi. Padahal, nenek itu seorang diri dan hanya memiliki bekal  sebuah tas dan terlunta-lunta di eperan toko. Hingga panitia menanyakan apa alasan mengapa nenek itu tak mau menerima bantuan dari panitia, nenek itu hanya berkata dengan raut muka tersinggung dan marah, “sudah mas, mbak, ndak usah. Lebih baik berikan kepada orang yang lebih membutuhkan saja”.

Perjuangan Tanpa Kenal Lelah

Acara ini tidak dipersiapkan dengan mudah. Banyak pengorbanan yang dilakukan oleh panitia dan anggota Himasakti lainnya. Dengan waktu persiapan dua bulan, muncul berbagai kekhawatiran yang timbul dari para panitia, terutama masalah dana. Dengan berbagai pertimbangan dan masukan dari berbagai pihak, akhirnya munculah ide yang tak lazim dikalangan Himasakti ini sebelumnya. Tanpa disangka-sangka akhirnya muncul ide untuk jualan makanan dan minuman di pusat keramaian di kota Yogyakarta.

Dengan usaha yang keras dan tanpa kenal lelah, akhirnya program untuk jualan ini menemui hasil yang meksimal. Alhamdulillah, barang dagangan yang diperdagangkan laku melebihi dari target penjualan yang telah dicanangkan. Dari dua tempat utama panitia berjualan, yaitu di 0 km Yogyakarta dan sunmor di kawasan UGM. Dana yang terkumpul cukup banyak.

Selain itu hasil “ngamen” di café juga melebihi dari perkiraan panitia sebelumnya. Alhamdulillah, untuk kesekian kalinya Allah membantu perjuangan para panitia. Setelah itu muncul donatur yang memberikan dana bantuan dengan nominal yang tak bisa dibilang sedikit . Para donatur tersebut kebanyakan adalah para anggota Himasakti yang masih aktif dan juga para alumni dari Himasakti sendiri.

Selain itu, banyak kejutan yang panitia peroleh. Pada H-1 acara, saudara-saudara dari HIKMAT, Himpunan Keluarga Mahasiswa Alumni Tebuireng di Jabodetabek, juga ikut mengirimkan donasi. Dan di hari yang sama, Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng,  juga menyambut proposal panitia dengan dukungan donasi yang terbilang banyak.

Semoga kegiatan ini tidak hanya bisa dilaksanakan hanya setahun sekali oleh Himasakti. Mungkin setengah tahun sekali, empat bulan sekali, sebulan sekali, atau malah dilakukan berkali-kali secara rutin. Dan semoga kegiatan seperti ini akan dilaksanakan oleh berbagai organisasi lain. Marilah kita budayakan untuk membantu sesame, terutama kaum dhuafa. Karena senyum mereka ada ditangan kita. (Ferdi/Jogja)