Lautan Manusia, jamaah Majlis Dzikir dan Shlawat Riyadul Jannah

Shalawat merupakan bentuk pujian kepada Nabi Saw. Di Indonesia shalawat sangat membudaya di tengah masyarakat. Ada banyak majelis-majelis shalawat yang dibawahi langsung oleh para habaib dan ulama, tujuannya agar bershalawat dapat dibimbing oleh guru dan tercapai kekhusyukan.

Shalawat secara bahasa berarti doa. Sedangkan secara istilah, shalawat kepada Nabi ialah takzim. Yang dimaksud dengan takzim kepada Nabi berarti meninggikan namanya, mengharap pahala dan kebaikan darinya, serta syafaat kepada kita umatnya. Demikian yang ditulis oleh Imam Ibn Hajar dalam kitab Fathul Bari.

Shalawat juga memiliki banyak ganjaran pahala dari Allah SWT. Namun, bagaimana jika shalawat dilakukan tanpa guru dan tidak dalam keadaan khusyu’?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dalam kitabnya berjudul Al-Manhaj As-Sawi menuliskan, bahwa sebagian para ulama yang ma’rifat berkata:

Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw itu tidak butuh guru dan tidak butuh kekhusyukan. Shalawat juga dapat terhapus (pahalanya) meski dilakukan dengan riya’. Hal ini dikarenakan kebahagiaan yang dirasakan oleh Al-Mushtafa (Rasulullah Saw).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebab, orang yang bershalawat kepada Nabi itu dapat membahagiakan Rasulullah Saw, dan pahala orang yang dapat membahagiakan Nabi itu tidak ada bandingannya.

Layaknya sedekah, yang pahalanya dapat dilihat dari dua sisi: pertama, pahala sedekah itu sendiri jika disertai dengan ketulusan hati dan niat; kedua, pahala karena membahagiakan saudaranya yang menerima sedekah, dan ini tidak dapat terhapus meski riya’.

قال بعضُ العارفين : إن الصلاة على النبي ﷺ ما تحتاج إلى شيخ ولا حضور، ولا يُبطلها الرياء ولا غيره لسرورِ المُصطفى؛ لأن مَن صلَّى عليه فرح منه ، وثواب فرح النبي ﷺ ما يُعادِلُه شيء. قال : وكذلك الصدقة، فإن لها وجهين من جهة الثواب، فالثوابُ المُترتب عليها لا يحصل إلا مع خلوص النية فيه، والثواب المترتب على فرحة أخيك المسلم لا يُبطله الرياء. انتهى.


Sumber: Fathul Bari, Juz 11, hal 28., Al-Manhaj As-Sawi, hal 714


Ditulis oleh AlFahrizal, alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari