Sumber: https://nusantaranews.co/assets/uploads/2016/06/Bayar-Zakat-25-persen.jpg

Oleh: Ustadz Miftah al Kautsar

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saya seorang pegawai mempunyai penghasilan bulanan, pertanyaannya sebagai berikut:

  1. Kapan saya membayar zakat mal, apakah pada saat perbulan menerima zakat? lalu apakah pada saat telah menunaikan zakat secara bulanan, apabila setelah satu tahun masih mempunyai tabungan, apakah tabungan tersebut masih dizakati?
  2. Apakah boleh saya memberikan zakat mal kepada kakek/nenek, saudara kandung, atau saudara sepupu?

Efendi, Jepara

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Jawaban:

Wa’alaikumussalaam Warahmatullahi Wabarakatuh

Terima kasih kepada penanya, saudara Efendi, semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dan keberkahan kehidupan kita dalam menjalankan aktifitas sehari-sehari. Adapun jawabannya akan kami paparkan di bawah ini:

Zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan ketentuannya sebagai wujud kepatuhan kepada Allah SWT. Dan juga merupakan salah satu bentuk ajaran sosial dari agama Islam untuk kemaslahatan umat. Dalam pandangan fikih terdapat dua macam zakat, yaitu zakat fitri dan zakat mal.

Secara umum yang termasuk zakat mal seperti hewan ternak, emas dan perak, bahan makanan pokok, buah-buahan, dan maal at tijarah (aset perdagangan). Hal ini berdasarkan penjelasan Syaikh Nawawi al Bantani dalam kitab Nihayatuz az Zain halaman 168:

وَزَكَاة مَال وَهِي وَاجِبَة فِي ثَمَانِيَة أَصْنَاف من أَجنَاس المَال وَهِي الذَّهَب وَالْفِضَّة والزروع وَالنَّخْل وَالْعِنَب وَالْإِبِل وَالْبَقر وَالْغنم –إلى أن قال– وَأما عرُوض التِّجَارَة فَهِيَ ترجع لِلذَّهَبِ وَالْفِضَّة لِأَن زَكَاتهَا تتَعَلَّق بِقِيمَتِهَا وَهِي إِنَّمَا تكون مِنْهُمَا

“Zakat mal wajib di dalam delapan jenis harta yaitu emas, perak, hasil pertanian (bahan makanan pokok), kurma, anggur, unta, sapi, kambing. Sedangkan aset perdagangan dikembalikan pada golongan emas dan perak, karena zakatnya terkait dengan kalkulasinya.’’

Berbicara zakat dari pengahasilan atau gaji pegawai terdapat perbedaan pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa zakat profesi menemukan legilitasnya dalam kajian hukum Islam, yaitu mengikuti salah satu pendapat dalam madzhab Hambali yang menjadi dasar dalam mewajibkan zakat profesi atau pendapatan tak terduga, tanpa memberi persyaratan harus haul.

Selain itu mengikuti madzhab Syafi’i yang memahami penghasilan uang setara dengan zakat emas dan perak sehingga nisab dan kadar yang wajib dibayarkan sama dengannya (nisab emas yaitu 85 gram/perak 588 gram, kadar yang wajib dikeluarkan adalah 2,5%).

Kemudian pendapat kedua menyatakan, sebenarnya tidak ada kewajiban dalam zakat profesi secara khusus dalam empat madzhab. Namun demikian, setiap orang dengan profesi apapun yang mempunyai uang yang mencapai nisab atau haul, maka wajib membayar zakatnya. Mengingat uang tersebut dalam nilai tukarnya sama dengan emas dan perak (nuqud). Keterangan tersebut berdasarkan hasil Bahtsul Masail Konferwil PWNU Jawa Timur pada tanggal 28-29 Juli 2018.

Selain itu juga, hasil seorang pegawai termasuk  dalam kategori zakat mal mustafad (harta yang diperoleh). Sebagaimana keterangan di bawah ini:

أما التعريف المال المستفاد فهو ما يستفيده المسلم ويملكه ملكا جديدا بأي وسيلة من وسائل التملك المشروع كاللإرث والهبة وأجرة العمل وما إليها (زكاة المؤظفين وكسب أصحاب  المهن الحرة للدكتور اليزيد بن محمد الراضي

“Adapun pengertian maal mustafad adalah harta yang diperoleh oleh seorang muslim dan baru dimilikinya dengan suatu cara dari cara-cara kepemilikan yang syar’i seperti, pewarisan, pemberian, gaji pekerjaan dan lainnya.” (Dr. Al-Yazid bin Muhammad Arrodhi, Zakat Rowatib Muwaddhofin)

Kapan mengeluarkan zakat profesi atau zakat mal mustafad ?

Dalam kitab al Fiqh Islamy wa Adillatuhu juz 2 hal 866 karya Syaikh Dr. Wahbah az Zuhaily terdapat perbedaan pendapat dari para ulama dalam waktu mengeluarkan zakat dan menentukan nishab. Akan tetapi menurut pendapat Jumhur ulama seperti empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali) bahwa tidak ada zakat pada harta, kecuali sudah mencapai nishab dan sudah memiliki tenggang waktu satu tahun. Adapun nishabnya adalah senilai 85 gram emas dengan mengeluarkan sebesar 2,5 %.

Namun, Syaikh Yusuf Al-Qardhowi dalam kitabnya “Fiqh az Zakat” memilih pendapat yang berbeda. Menurutnya hendaklah maal mustafad (harta yang diperoleh) dizakati ketika memperoleh tanpa menunggu berlalunya masa haul (satu tahun).

Sebagai solusinya dari memilih dua pendapat yang berbeda, lebih baiknya mengikuti pendapat mayoritas ulama yang berpendapat bahwa mengeluarkan zakat profesi atau zakat maal mustafad itu setelah berlalu satu tahun hijriyah secara sempurna sejak hari memperoleh  harta (gaji) tersebut dan mencapai nishab (senilai 85 gram mas).

Lalu, bagaimana jika setelah satu tahun masih mempunyai tabungan, apakah tabungan tersebut masih dizakati? Jika tabungan tersebut sudah mencapai nishab dan sudah berlalu selama satu tahun hijriyah tanpa pengurangan, maka wajib dizakati. Sebagaimana keterangan berikut:

فإن كانت تدخر منه قدر النصاب فعليك الزكاة فيما يحول عليه الحول من المدخرات (فتاوي الشيخ ابن جبرين

Jika kamu simpan (harta) sampai kadar nishab, maka kamu wajib menzakati harta simpanan tersebut yang telah berlalu masa haulnya (satu tahun).” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin)

Kemudian, apakah boleh saya memberikan zakat mal kepada kakek/nenek, saudara kandung, atau saudara sepupu?

Memberikan zakat mal kepada kakek atau kerabatnya hukumnya boleh dengan syarat:

  1. Kerabat tersebut bukanlah termasuk orang yang menjadi tanggungan nafkah orang yang berzakat.

ومن تلزم المزكي نفقته لا يدفعها إليهم باسم الفقراء والمساكين.  (متن أبي شجاع المسمى الغاية والتقريب لأبي شجاع الأصفهاني ص 18

“Orang yang nafkahnya menjadi tanggungan muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) hendaknya ia tidak memberikan kepada mereka atas nama fakir dan miskin.” (Abu Syuja’ Al-Ashfahani, Matan Abi Syuja’ Al-Musamma Al-Ghoyah wat Taqrib, hal 18)

  1. Kerabat tersebut termasuk dari delapan golongan penerima zakat.

فإن كان الأقارب من هؤلاء الأصناف وكانوا ممن لا تجب على المزكي نفقتهم جاز له أن يدفع لهم الزكاة ولا يلزمه أن يقول لهم إنها زكاة (فتاوى الشبكة الإسلامية )

Jika para kerabat tersebut termasuk dari golongan yang berhak menerima zakat, dan mereka bukan termasuk orang yang nafkahnya menjadi tanggungan muzakki (orang yang berzakat tadi), maka boleh baginya memberikan zakatnya kepada mereka atas nama zakat dan tidak harus memberitahukan kepada mereka bahwa hal tesebut adalah zakat.” (Fatawa Assyabkan Al-Islamiyyah).

Sekian jawaban singkat dari tim redaksi kami. Semoga dengan menunaikan kewajiban zakat dimudahkan rizkinya dan menambah keberkahan umur kita. Amiin yaa rabbal ‘alamiin. Wallahu a’alam bis showab.

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari dan anggota tim tanya jawab Tebuireng Online