hujan dan petir (Cak Jahlun)Suatu ketika Cak Jahlun terlihat sedang berlari menuju ke arah jeding (kamar kecil), ternyata ia kebelet pipis. Sesampainya di sana ternyata ada santri di dalam jeding. Karena rasa kebeletnya yang sangat ia pun menggedor pintu jeding seraya berteriak, “Siapa di dalam?” “Saya Paijo,” sahut orang di dalam yang ternyata Paijo. “Buruan Jo saya sudah tidak tahan,” teriak Cak Jahlun lagi. “Wah saya baru masuk, Cak. Ini juga lagi sabunan,” jawab Paijo. “Kalau begitu buka pintunya saya ikut nimbrung saja, sudah tidak tahan mau kencing,” pinta Cak Jahlun. “Ya sudah tidak apa-apa kalau hanya mau kencing,” jawab Paijo seraya membuka pintu jeding.

Tanpa membuang waktu lagi masuklah Cak Jahlun membuang hajatnya di samping Paijo yang sedang menyabuni tubuhnya. Tiba-tiba terdengar bunyi “Bruuuut…” sontak seisi jeding yang sempit itu menjadi beraroma jengkol busuk. Mencium bau tak sedap itu Paijo berkata sambil bersungut-sungut, “Cak kenapa sampeyan kencing sambil kentut. Kan jadi bau semua.” “Kenapa kamu kok rewel sih Jo, kan memang sudah biasa kalau ada hujan ada petirnya juga?,” jawab Cak Jahlun enteng. (f@R)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online