Bismillahirrahmaanirrahim

ذالك الكتاب لاریب فیه هدا للمتقین… الاية

Pertanyaan tafsir, mengapa atau ada hikmah apa dengan mengunakan kata ذالك dalam ayat tersebut? mengapa tidak memakai umpama kata هذا الكتاب karena makna ذالك dan atau هذا sebagaiamana maklum itu akan berbeda.

Terima kasih

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

(Yani langitan)

Terima kasih atas pertanyaannya, semoga kita selalu dalam lindungan Allah Swt. Izin menjawab, terkait dengan penggunaan lafadz هذا ataupun ذالك memang betul keduanya sangatlah berbeda.

هذا adalah isim isyaroh yang digunakan untuk menunjuk suatu yang dekat (qorib), adapun ذالك digunakan untuk menunjuk suatu yang jauh. Dza isim Isyaroh dan la yang menujukan bahwa ini digunakan untuk menunjuk suatu yang jauh, adapun hikmah atau alasan kenapa dalam ayat di atas menggunakan ذالك bukan هذا, Ibnu Juraid berkata bahwa:

قال ابن جريج : قال ابن عباس : ذلك الكتاب : هذا الكتاب . وكذا قال مجاهد ، وعكرمة ، وسعيد بن جبير ، والسدي ومقاتل بن حيان ، وزيد بن أسلم ، وابن جريج : أن ذلك بمعنى هذا ، والعرب تقارض بين هذين الاسمين من أسماء الإشارة فيستعملون كلا منهما مكان الآخر ، وهذا معروف في كلامهم .[1]

Artinya: Dalam tafsir Ibnu Katsir ‘dzalika’ tersebut menurut Ibnu Abbas bermakna hadza, begitu juga menurut Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin jubair, as-Sudi, Muqotil bin Hayyan, Zaid bin Aslam, dan Ibnu Juraij. Bahwa ‘dzalika’ di sini bermakna hadza. Orang-orang Arab sering meminjam antara dua kalimat isim isyaroh ini (dzalika dan hadza) dan mereka menggunakan satu dari kedua kalimat tersebut pada tempat yang lainnya, dan ini sudah dikenal dalam kalam mereka.

Namun, menurut sebagian ulama alasan ayat tersebut menggunakan isim isyaroh baid (ذالك) bukan yang qorib (هذا) karena saking agungnya kitab tersebut (al-Quran)

قَالَ أَبُو السُعُوْدُ وَمَا فيْه مِنْ مَعْنَى الْبُعْدِ مَعَ قُرْبِ الْعَهْدِ بِالمشَار إليْهِ لِلإِيْذَانِ بِعُلُوِ شِأْنِهِ، وَكَوْنِهِ فِيْ الْغَايَةِ الْقَاصِيَةِ مِنَ الْفَضْلِ وَالشرَفِ، انتهى

Artinya: Abu Su’ud berkata dan alasan ayat ini menggunakan makna jauh padahal musyar ilaih (yang ditunjuk dekat) karena untuk memberi tau akan agungnya dan sangat utamanya kitab tersebut (al-Quran)

وقيل إن الإشارة إلى غائب، واختلف في ذلك الغائب، فقيل هو الكتاب الذي كتب على الخلائق بالسعادة والشقاوة والأجل والرزق

Sebagain kecil pendapat juga mengatakan, bahwa arti dari musyar ilaih tersebut menunjuk kepada kitab yang di tuliskan kepada makhluk yang berkaitan dengan keberuntungan, kecelakaan, ajal serta rizqi[2].

{ذَلِك} إشارة للبعيد الحسِّي. وقد يستعمل للبعبد المعنوىٌ للتعظيم، كما فى قوله تعالى: {ذَلِكَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (1)}. وهي هنا إشارة إلى الكتاب؛ للإيذان ببعد منزلته علوًّا، أي ذلك الكتاب البعيد المدى في منزلته الرفيعة

Lafadz Dzalika, menujukan terhadap hal yang jauh secara hissi, namun terkadang juga digunakan terhadap hal yang jauh secara makna seperti Firman Allah

ذَٰلِكَ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ٱلْعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ

Yang demikian itu ialah Tuhan Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang’. Ini menujukan terhadap kitab berfaidah memberi tahu jauh dan agungnya kedudukan kitab tersebut, yakni kitab yang jauh, luas dalam kedudukannya yang tinggi[3]

Demikian jawaban atas pertanyaan di atas. Semoga dapat dipahami dan memberikan pemahaman bagi pembaca.

Wallahua’lam


[1] Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 1, hal 162.

[2] Hasbi ash-Shiddieqy, Fathul Bayan fi- Maqosidil al-Quran, juz 1, hal 73.

[3] al-Wahidi, Tafsir Al-Wasith Fil Tafsir al-Qur’an al-Majid, juz 1, hal 29.


Dijawab oleh Ustadz Faizal Amin, Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari