Ibu, jika cinta dan rindu bisa terbayar dengan sebuah puisi, maka aku menulis setiap waktu (Rara Zarary).

(sumber gambar: https://islamindonesia.id)

Lepas dari rakat ke empat, doa disingkat tak sampai tamat

Waktu sudah memberi peringatan, ia harus pergi ke sebuah halaman bernama rumah impian

Kami harus berpisah, mensyukuri pertemuan dan menangisi sebuah jarak yang tak mampu dihitung dengan perumpamaan

Ibu,

Bila semesta bertanya padaku, bagaimana berat merindukanmu;

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Aku letakkan gunung-gunung di atas kepalaku, biar mereka mendefinisikan sendiri, betapa perih seorang putri lepas terpisah antara pulau ke pulau, waktu ke waktu, hingga zaman berubah tanpa sebuah kesadaran

Ibu,

Hati-hati di jalan

Bersama detak doa dan air mata

Cintaku mengantarkan.

Oleh: Rara Zarary  (Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura).