hari bahasa ibu
dunia.lintas.me

tebuireng.online-Hari Kamis kemarin, atau tepatnya tanggal 21 Februari dinyatakan sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional oleh UNESCO pada tanggal 17 November 1999. Hari Bahasa Ibu berasal dari pengakuan internasional terhadap Hari Gerakan Bahasa yang dirayakan di Bangladesh.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj, berkomentar terhadap hari bahasa ibu. “Karena bahasa itu menunjukkan bangsa, pesantren adalah cagar budaya, benteng budaya dan sumber budaya,” tegasnya ketika diwawancarai oleh pihak NU.or.id, Jakarta, Senin (17/2).

Ia kemudian mengimbau, supaya bangsa Indonesia mempertahankan bahasa ibu masing-masing, karena bahasa Indonesia tidak selengkap bahasa ibu. “Bangsa besar adalah bangsa yang bisa mempertahankan jati dirinya, bahasanya, kepribadiannya, wisdomnya, tidak tergilas era apapun, termasuk era globalisasi.” Lanjut beliau.

Memang sering kali terdengar dewasa masa kini lebih bangga menggunakan bahasa Negara lain, dan seolah malu menggunakan bahasa ibu sendiri. Hal ini merupakan kemunduran jiwa nasionalisme ditubuh bangsa Indonesia.

Siapa yang mampu melestarikan kebudayaan bangsa dan ibu sendiri? Tentu saja jawabannya adalah kita semua. Apabila bukan bangsanya sendiri, apa kita mau bangsa lain yang mengakuinya?(UL)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online