Seorang perempuan yang sedang mengaji Al-Qur’an di sebuah ruangan. (sumber: Ist)

Perintah Membaca Al-Isti’adzah

Betapa pentingnya bagi setiap muslim untuk memahami Al-Isti’adzah dalam kehidupan di dunia ini, karena Al-Isti’adzah merupakan bagian dari tauhid atau keimanan manusia kepada Allah SWT, yang dengan kalimat Al-Isti’adzah ini memberikan tuntunan agar setiap manusia muslim memohon perlidungan kepada Allah dari godaan dan gangguan setan yang terkutuk.

Kalimat Al-Isti’adzah ini merupakan senjata yang sangat luar biasa, yang diajarkan Allah SWT kepada manusia yang beriman melalui informasi kitab suci Al-Qur’an, yang tentu sangat penting untuk dipelajarinya, sehingga dengan memahami Al-Isti’adzah ini kesempurnaan iman seseorang dapat terpelihara, karena pada dasarnya Al-Isti’adzah tidak cukup hanya diucapkan dengan lisan saja, melainkan harus ada persesuaian dengan prilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kenyataan kehidupan berapa banyak yang mampu mengucapkan kalimat Al-Isti’adzah, tetapi pada kenyatananya justru banyak yang menjadi teman setan, yang seharusnya setan itu menjadi musuh yang nyata bagi orang-orang yang beriman.

Nah, untuk lebih mendalami Al-Isti’adzah ini dalam kehidupan, penulis paparkan melalui tulisan ini, agar Al-Isti’adzah benar-benar menjadi pedoman hidup manusia yang beriman, sehingga tetap dalam posisi iman yang sempurna keimanannya kepada Allah SWT.

Dalam kitab “Ghayaah Al-Muriid fii ‘Ilm At-Tajwiid” karya ‘Athiyah Qabil Nashir didapat informasi, bahwa: Al-Isti’adzah menurut Bahasa (lughah) berarti : al-Iltaja’a (berlindung), al-‘Itisham (berpegang teguh), at-Tahashsana (terjaga/terpelihara).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sedangkan menurut istilah Al-Isti’adzah adalah suatu lafadh yang dengan lafadh tersebut memperoleh perlindungan Allah SWT, berpegang teguh dan terpelihara dari godaan setan yang terkutuk. Lafadh Al-Isti’adzah merupakan bentuk khabar (berita), akan tetapi maknanya al-Insya’ (pengukuhan), yaitu: Allahumma a’idznii minasyaithanirrajiim –Ya Allah lindungilah/peliharalah/jagalah aku dari godaan setan yang terkutuk (Nashir, 42: 1992).

Baca Juga: Standarisasi Bacaan Al-Qur’an yang Baik dan Benar

Para ulama mengatakan, bahwa setiap orang yang mau membaca Al-Qur’an hendaknya terlebih dahulu membaca Al-Isti’adzah, sesuai firman Allah SWT dalam surah an-Nahl/16 ayat 98 :

فَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ

Apabila kamu membaca Al-Qur’an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk (Q. S. An-Nahl/16: 98).

Para ulama berbeda pendapat tentang nilai hukum perintah yang pada ayat di atas. Apakah perintah itu menunjukkan wajib atau mandubah (sunnah). Di mana jumhur (mayoritas) ulama’ memahami nilai perintah pada ayat di atas dengan mandubah atau sunnah. Sehingga menurut mereka, seandainya pembaca tidak membaca isti’adzah, maka ia tidak berdosa.

Sebahagian ulama yang lainnya memahami kata perintah pada ayat di atas sebagai perintah wajib. Sehingga menurut mereka, seandainya pembaca tidak membaca Al-Isti’adzah ketika mau membaca Al-Qur’an, maka ia berdosa. Ibnu Sirin (wafat 110 H) salah seorang yang mengatakan wajib membaca Al-Isti’adzah ketika mau membaca Al-Qur’an menegaskan bahwa seandainya seorang membaca Al-Isti’adzah ketika mau membaca Al-Qur’an, sekali saja dalam seumur hidupnya, maka orang tersebut telah melaksanakan perintah wajib yang tertera pada ayat di atas (Salim, 49: 2007).

Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, mengenai apakah perintah membaca Al-Isti’adzah itu wajib atau sunnah, yang terpenting bagaimana agar setiap muslim memahami betapa pentingnya memohon perlindungan dan pertolongan kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk.

Terutama ketika memulai membaca Al-Qur’an, baik dalam melaksanakan shalat maupun di luar shalat. Apalagi di dalam shalat yang dilakukan oleh setiap muslim, karena pada umumnya untuk mencapai shalat yang khusyu’ itu tentunya tidak mudah, di mana Al-Isti’adzah ini adalah salah satu pengantar agar shalat yang dilakukan umat Islam mencapai kekhusyu’an yang lebih sempurna.

Kalimat Al-Isti’adzah

KalimatAl-Iisti’adzah yang terpilih dan popular di kalangan sepuluh Imam Qira’at adalah yang mengacu pada firman Allah SWT surah An-Nahl/16 ayat 98,

  فَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ

Apabila kamu membaca Al-Qur’an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.

Baca Juga: Kemudahan Mempelajari dan Mengamalkan Isi Kandungan Kitab Suci Al-Qur’an

Kalimat Al-Isti’adzah yang terpilih dan popular adalah:

 أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Sebagaimana dinukil dalam kitab An-Nashr Fii Al-Qira’aat Al-‘Ashr karya Al-Hafidh Abi Al-Khair Muhammad bin Muhammad Ad-Damsyiq yang popular dengan nama Ibnu Al-Jazari (w. 833 H) “Sesungguhnya kalimat Al-Isti’adzah yang terpilih menurut semua imam qira’at adalah “a’uudzu billahi minasy syaithaanirrajiim”, sebagaimana diceritakan oleh Al-Ustadz Abu Thahir Ibn Siwaar dan Abu Al-Izza Al-Qalansi dan lainnya. Demikian pula diperkuat oleh pendapat Al-Imam Abu Al-Hasan As-Sakhawi dalam kitabnya “Jaamal Al-Quraa’”(Al-Jazari, 243, TT).

Begitu pula Al-Imam Abu ‘Amr Ad-Dani memberikan pendapat bahwa kalimat “a’uudzu billahi minasy syaithaanirrajiim” merupakan kalimat yang dipergunakan oleh orang-orang yang sangat memahami dan mendalam pengetahuannya dalam hal membaca Al-Isti’adzah, termasuk di dalamnya adalah imam fuqaha’ seperti imam ASy-Syafi’i, Abu Hanifah dan Ahmad dan selainnya, yang semua itu bersumber dari Rasulullah SAW, yang bersumber dari JIbril AS dari Mikail AS dari Al-Lauh Al-Mahfudh”(Al-Jazari, 246, TT).     

Namun demikian menurut Ali Adhdhabba’ (wafat 1376 H) terdapat sejumlah riwayat dari Nabi Muhammad SAW yang diterima dari para ulama’ salaf, terutama yang disampaikan oleh para Imam Qira’at, yang mengungkapkan beberapa susunan kalimat isti’adzah dalam ragamnya yang berbeda. Ad-Dani (wafat 444 H) dalam kitabnya menyebutkan ada 4 macam bentuk susunan kalimat isti’adzah, yaitu :

A’uudzubillahi minasysyaithaanir rajiim
A’uudzubillahis samii’il aliimi minasysyaithaanir rajiim
A’uudzubillahil ‘adhiimi  minasysyaithaanir rajiim
Asta’idzubillahi  samii’il aliimi minasysyaithaanir rajiim (Salim, 50: 2007).

Demikian pula sebagai aplikasi perintah ini, di dalam sunnah Nabi Muhammad SAW, terdapat riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa apabila memulai shalat, Nabi Muhammad SAW membaca do’a iftitah lalu membaca: A’uudzubillahis samii’il aliimi minasysyaithaanir rajiimi min hamzihi (dorongannya), wanafkhihi (tiupannya), wanaftsihi (semburannya). (H. R. Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi(Az-Zuhaili, 46: 2005).

Cara Membaca Al-Isti’adzah

Riwayat mengungkapkan bahwa Imam Nafi’ dan Imam Hamzah membaca Al-Isti’adzah ketika mau membaca Al-Qur’an dengan suara pelan, yang hanya didengar oleh dirinya sendiri atau sir (ikhfa’). Namun demikian ada riwayat yang mengatakan bahwa Khalaf perawi Imam Hamzah membaca Al-Isti’adzah dengan suara nyaring, sehingga dapat didengar oleh orang lain (jahr) ketika membaca surah Al-Fatihah saja.

Sedangkan pada surah-surah lainnya dengan suara pelan. Khallad perawi Imam Hamzah lainnya membolehkan orang yang membaca Al-Isti’adzah dengan suara nyaring (jahr) dan pelan (sir) ketika mau membaca Al-Qur’an pada surah manapun. Dia tidak melarang orang yang membacanya dengan suara nyaring maupun dengan suara pelan. (Salim, 49: 2007).

Para ulama memahami kalimat perintah yang ada dalam surah An-Nahl/16 ayat 98 tersebut di atas, diungkapkan secara umum dan mutlak, yaitu : Fasta’idz (maka mohonlah perlindungan). Sehingga semua macam Al-Isti’adzah di atas boleh dibaca, yang berarti telah melaksanakan dan menjunjung tinggi perintah Allah SWT (Salim, 51: 2007).

Hakikat Makna Kandungan Al-Isti’adzah

Secara garis besarnya hakikat makna kandungan Al-Isti’adzah – mohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wata’ala ketika memulai membaca kitab suci Al-Qur’an, baik dalam shalat maupun di luar shalat, merupakan pelajaran penting terkait dengan kehidupan. Tidak hanya sekedar membaca Al-Isti’adzah semata, melainkan terkait dengan keimanana atau tauhid dan keyakinan kepada Allah Subhanahu wata’ala, di mana hal ini berkaitan erat dengan kehidupan umat manusia, khususnya umat Islam. 

Baca Juga: Belajar Al-Qur’an itu Mudah

Ada beberapa pelajaran penting Al-Isti’adzah – mohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wata’ala dari godaan setan yang terkutuk dengan aplikasi kehidupan orang-orang yang beriman, di antaranya:

  1. Memperhatikan agar manusia makan dan dalam mencari kehidupannya dengan pekerjaan yang halal dan thayyib, supaya terhindar dari godaan setan (Q. S. Al-Baqarah/2: 168).
  2. Masuk ke dalam Islam secara menyeluruh dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan, karena setan musuh yang nyata bagi orang yang beriman (Q. S. Al-Baqarah/2: 208).
  3. Setan selalu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar (Q. S. An-Nur/24 : 21).
  4. Setan selalu menggelincirkan manusia dengan perbuatan yang jahat dan keji(Q. S. Al-Baqarah/2: 169).

Itulah gambaran hakikat makna Al-Isti’adzah – mohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wata’ala dari godaan setan yang terkutuk, bukan sekedar membacanya ketika mau memulai membaca kitab suci Al-Qur’an, akan tetapi terkait dengan kehidupan harian manusia.



Penulis: Dr. H. Otong Surasman, MA., Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta.