KH. Zaki Hadzik, Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Masyruriyah Tebuireng Jombang.

Tebuireng.online– Wafatnya KH Zaki Hadziq atau biasa disapa dengan Gus Zaki pada Rabu (1/7/20), kembali menyisakan duka mendalam bagi seluruh keluarga besar Pesantren Tebuireng. Padahal sebelumnya baru saja Pesantren Tebuireng kehilangan salah satu dzuriyah Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari yang lain, KH. Abdul Wachid Mahfudz Seblak Jombang Jawa Timur.

Kepergian Gus Zaki tidak hanya membawa kabar duka bagi seluruh santri dan keluarga Pesantren Tebuireng, tetapi juga menjadi duka bagi warga nahdliyin, khususnya PWNU Jawa Timur. Beliau merupakan Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PWNU Jatim.

Gus Zaki wafat di usia 48 tahun dikarenakan penyakit DBD yang beliau derita sejak sekitar seminggu yang lalu. Jenazah akan dimakamkan di maqbaroh Masyayikh Pesantren Tebuireng.

“Abah, sekitar seminggu yang lalu telah mengalami sakit, berupa suhu badannya yang sangat tinggi,” ungkap putra beliau, Gus Robby Zidni ilman Nafia.

Gus Robby juga menambahkan, sekitar dua hari yang lalu, Sang Ayah sempat dilarikan ke Pusat Kesehatan Pesantren (Pukestren), karena sakitnya tidak kunjung reda.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Sekitar ba’da Isya, Abah dilarikan ke Pukestren dikarenakan trombositnya turun sangat rendah. Di sore harinya, hasil lab keluar, dan menyatakan bahwa trombosit beliau telah membaik. Setelah merasa cukup membaik, Abah meminta untuk dirawat di rumah,” tambahnya.

Tiba-tiba demam Gus Zaki kembali tinggi setelah beristirahat di rumah. Lalu beliau sempat dilarikan ke Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU). Ternyata, di RSNU, jumlah kamar sudah penuh oleh pasien lain. Maka Gus Zaki dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Jombang (RSUD).

“Selama di RSUD tersebut, Abah sudah tidak sadarkan diri, lalu sehabis Magrib, Abah menghembuskan nafas terakhirnya,” pungkasnya.

Gus Zaki merupakan keluarga Pesantren Tebuireng yang menjadi rujukan literatur tentang Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dan Tebuireng. Beliau juga merawat dan menyebarluaskan kitab-kitab dan makalah karya sang kakek, sebuah tugas yang diwariskan oleh sang kakak Alm. KH Ishomuddin Hadziq. Alfatihah…

Pewarta: Dimas Setyawan