(ket. masker hitam) Gus Wachid saat pengukuhan sebagai penasihat Ikatan Alumni Program Habibie (IAIBIE) di Jakarta 17 Juni 2020.

Tebuireng.online– Keluarga Besar Pesantren Tebuireng dan Nahdlatul Ulama Jawa Timur berduka. KH Mochamad Abdul Wachid bin KH Mahfudz Anwar, salah satu cucu Nyai Khoiriyah Hasyim berpulang ke rahmatullah pada Sabtu (27/6) malam.

Pria yang akrab disapa Gus Wachid tersebut merupakan adik kandung Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz. Sebelum wafat, Gus Wachid sempat dirawat beberapa hari di Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya.

Lulusan pascasarjana Teknik Maritim di Technische Universiteit Delft Belanda ini menjabat sebagai Direktur Utama PT Petrogras Jatim Utama sejak 30 Juli 2019. Sebagai dzurriyah pendiri Nahdlatul Ulama, Gus Wachid juga mengabdikan diri menjadi Wakil Sekretaris PWNU Jatim sejak 2018.

Meski belum terlalu lama terlibat dalam kepengurusan PWNU, banyak kenangan yang diungkap oleh para pegiat NU Jawa Timur. Hal itu dipicu oleh sosok Gus Wachid yang supel dan cepat akrab dengan siapapun.

Ketua Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama (LazisNU) Jawa Timur Afif Amrullah menceritakan, ketika awal merebaknya wabah Covid-19, Gus Wachid dalam kapasitas sebagai Dirut BUMD mengalokasikan bantuan satu unit bilik disinfektan untuk PWNU Jawa Timur.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Sampai saat ini, bilik disinfektan tersebut masih terpasang di depan pintu Lt. 2 PWNU,” tuturnya.

Ahmad Muntaha, salah satu pengurus Lembaga Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur menyebut Gus Wachid sebagai sosok istimewa dan sangat bersahaja.

“Nasabnya mulia, profesionalitas kerjanya terbukti nyata, dan totalitas pengabdiannya menjadi teladan aktivis muda,” tulis Ustadz Muntaha di akun Facebook-nya.

Ustadz Muntaha menambahkan, sejauh pergaulannya yang sangat terbatas dalam pertemuan formal maupun informal di PWNU Jawa Timur, dia menemukan teladan nyata dalam pengabdian senyap Gus Wachid.

Pengakuan senada disampaikan oleh Ketua Lembaga Perekonomian PWNU Jawa Timur Fauzi Priambodo. Branding specialist beberapa perusahaan ternama ini menceritakan kenangannya berdiskusi dengan Gus Wachid beberapa bulan sebelum pandemi menyambangi negeri ini.

“Terakhir beliau meminta saya menyiapkan strategic plan untuk pengembangan ekonomi NU. Sayangnya saya belum sempat menindaklanjuti permintaan itu. Keburu disibukkan oleh pandemi,” kenang pria yang juga sempat diajak Gus Wachid ikut membantu pengembangan BUMD Jatim ini.

Gus Wachid, kata Fauzi, ingin kompleks PWNU dikembangkan menjadi tower atau gedung perkantoran profesional dan modern. Lengkap dengan hotel syariah, pusat bisnis dan fasilitas pendukung lainnya.

“Karena kalau dilihat lokasinya dekat Masjid Al-Akbar Surabaya sangat strategis dan lahan yang tersedia masih luas,” jelasnya.

Paryono Nur Abdillah, salah satu pegiat NU yang hampir tiap hari beraktivitas di Gedung PWNU Jawa Timur menuturkan pengalamannya berinteraksi dengan Gus Wachid.

“Setiap ketemu, beliau selalu ngajak ngobrol,” ungkapnya.

Gus Wachid dimakamkan di Kompleks Makam Keluarga Pesantren Seblak, Ahad (28/6) dinihari. Menurut KH Abdul Halim Mahfudz yang merupakan kakak kandung Gus Wachid, pemakaman berjalan lancar.

Jenazah dikabarkan datang dari Surabaya pukul 00:30 WIB dan prosesi pemakaman berakhir sekitar pukul 01:30 WIB dengan prosedur sesuai protokol kesehatan oleh Satgas Covid Kabupaten Jombang c.q. BPBD Jombang.

“Keluarga dan santri Seblak salat jenazah sebelum dimakamkan, lengkap dengan adzan dan talqin,” kata Gus Iim.

Pewarta: Nur Hidayat