Tebuireng.online- dr. Umar Wahid atau akrab disapa Gus Umar menyampaikan beberapa cerita menarik mengenai kehidupanya semasa kecil, remaja, hingga dewas bersama Gus Sholah. Ia membuka memori seru dan Indah bersama kakaknya pada acara peringatan 40 hari wafatnya KH. Salahudin Wahid di kediamannya, Jl. Tandean, Mampang, Jakarta Timur pada Sabtu (14/03/2020).

Adik kandung Gus Sholah yang hanya berselisih umur 2,5 tahun itu memiliki banyak kenangan lucu sewaktu kecil. Beliau ingat bahwa kakaknya itu bersama Pak Muslich Hasbullah atau Cak Lih, pernah dihukum oleh sang kakek KH. Bisri Syansuri di Denanyar karena kenakalannya. Tak lama tinggal bersama sang kakek, Wahid bersaudara diboyong sang Ayah, KH. A. Wahid Hasyim, ke Jakarta.

“Nah, saat itu saya dan Gus Sholah menginap di Hotel The Sam. Hotel terbaik saat itu di Jakarta. Saking mewahnya baju pelayannya saja lebih bagus dari baju kami. Pokoknya kami terlihat paling norak ketika itu,” katanya sambil terkekeh.

Keluarga Wahid juga sempat tinggal di daerah Jl. Jawa (dulu), kemudian pindah ke Matraman. Gus Umar dan Gus Sholah satu sekolah ketika SD, tepatnya di Sekolah Rakyat. Tapi berpisah ketika SMP.

“Gus Sholah di SMP 1, sekolah yang sangat elite waktu itu. Dan saya di SMP 9. Entah mengapa bisa seperti itu, padahal nilai saya lebih banyak dari beliau,” ujarnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tapi akhirya, kedua kakak beradik itu dipertemukan kembali di SMA. Meskipun mereka beda kelas tapi tetap sering bermain layang-layang bareng, membuat layang-layang bareng, membuat senar gelasan bareng. Bahkan mereka sering menonton bioskop berdua.

Pernah suatu ketika sehabis nonton bareng, mereka mampir makan di warung mie goreng dekat rumah mereka. Selesai makan, ternyata keduanya tidak ada yang bawa uang. Akhirnya Gus Sholah mengalah untuk pulang ke rumah guna mengambil uang, sementara Gus Umar menunggu di warung.

“Suatu saat kami nonton di Graha Depok. Kita datang berdua naik becak terus ketemu guru namanya Bu Yayuk, itu guru pelajaran Civic (tidak jelas mohon klarifikasi). Ditanya sama beliau, ‘Umar kamu dekat sama Sholah?’. ‘Iya’, kata saya. ‘Tetangga? Orang tua kamu deket sama orang tuanya?’. ‘Iya’, saya jawab,” cerita Gus Umar.

Beberapa hari kemudian Ibu Yayuk tersebut masuk ke kelas Gus Umar. “Umar, kamu ngerasa salah nggak sama saya?’, kata Bu Yayuk. ‘Salah apa buk, saya nggk pernah salah sama ibuk’. ‘Kamu ingat pernah ketemu saya di Graha Depok?’. ‘Ingat buk’. ‘Kamu bohongin saya. Sholah kakak kamu ya?’. ‘Iya buk'”, kisah Gus Umar menirukan percakapannya bersama bu Yayuk.

Dari cerita-cerita itu, Gus Umar hanya ingin menunjukkan bahwa Gus Sholah sangat menyenangkan sebagai teman dan sangat menyayangi adik sebagai kakak. Kakak yang bisa diajak sebagai teman mencari pengalaman.

Satu hal yang Gus Umar ingat bahwa Gus Sholah orang ikhlas dan jujur. Sewaktu waktu Gus Umar dapat informasi negatif tentang Gus Sholah, lalu langsung menelfon sang kakak, dan menanyakan kebenaran hal tersebut.

“Jawaban Gus Sholah hanya, mana mungkin saya melakukan itu. Saya yakin betul atas kejujurannya,” pungkas mantan dokter kepresidenan era Presiden Gus Dur itu.

Pewarta: Indra