Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid menyampaikan sambutan dan membuka secara resmi Diklat Kader Pesantren Tebuireng Angkatan ke-3 di Jombok Ngoro Jombang, Rabu (18/01/2017). (Foto: Abror)

tebuireng.online—Diklat Kader Pesantren Tebuireng yang dicanangkan oleh Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid sudah mencapai angkatan yang ketiga yang diikuti oleh peserta putri. Dalam pembukaan kegiatan tersebut pada Rabu (18/01/2017), beliau memberikan sambutan dan membuka secara resmi pelatihan dan pendidikan bagi pengurus dan pembina santri tersebut di Aula Lembaga Diklat Kader Pesantren Tebuireng Jombok Ngoro Jombang.

Beliau memberikan apresiasi yang besar kepada Lembaga Diklat, pelatih diklat, dan pihak-pihak yang telah bekerjakeras untuk mensukseskan kegiatan ini. Beliau menjelaskan bahwa tujuan Diklat ini adalah untuk mencetak kader-kader unggul yang dapat menjadi pengurus dan pembina yang bisa mendampingi santri menjadi generasi yang diharapkan oleh pondok dan orang tua.

Beliau menjelaskan tentang pentingnya pesantren mengadakan pendidikan dan pelatihan seperti yang dilakukan oleh Pesantren Tebuireng. Beliau mengatakan bahwa aset sebuah bangsa adalah manusia, selainnya adalah aset-aset tambahan. Mencetak manusia-manusia unggul, lanjut beliau, tentunya melalui pendidikan, dimulai dari pendidikan di rumah dan sekolah, termasuk juga pesantren.

Sebagai lembaga pendidikan tertua, pesantren pada era Belanda tidak begitu diperhatikan. Pada zaman itu, yang menjadi percontohan adalah sekolah-sekolah yang didirikan Belanda dan sekolah-sekolah yang didirikan tokoh-tokoh pribumi tetapi mengadopsi pendidikan barat, seperti Taman Siswa, IMS Kayu Tanah, dan Sekolah Guru Willem Iskander. Ketiga sekolah tersebut pada zaman itu menjadi acuan, karena tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk manusia. Namun, ketiganya mengalami penyurutan, kecuali Taman Siswa yang masih eksis hingga sekarang.

Gus Sholah mengatakan, sebelum kemerdekaan pesantren tidak begitu dilihat oleh masyarakat sampai pada pasca kemerdekaan secara perlahan mulai diperhatikan dan dilirik. “Sekarang orang mulai melihat pesantren tidak dengan mata sebelah, tetapi betul-betul melihat apa yang ada dalam pesantren, sehingga pesantren dapat mencetak orang-orang yang punya karakter yang berbeda,” jelas Gus Sholah. Dengan begitu, tambah beliau, pesantren diharapkan dapat menghasilkan produk-produk yang memenuhi kebutuhan. Dalam proses itu, tidak bisa terlepas dengan peran pengurus, pembina dan ustadz.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebelumnya, Tebuireng menggunakan jasa pembina dari pesantren lain, seperti Gontor, Sidogiri, dan Lirboyo. Karena dirasa kepembinaan selama ini dianggap kurang memenuhi, dua tahun lalu, Gus Sholah menemukan ide untuk mendirikan Lembaga Diklat Kader ini. Yang menjadi perhatian beliau adalah kualitas pembina santri yang menjadi tolak ukur kualitas santri.

Selanjutnya, suami dari Ibu Nyai Hj. Faridah ini juga menjalaskan tentang tujuan dari adanya magang dalam rangkaian kegiatan diklat. Beliau menjelaskan bahwa magang, kalau dalam manajemen disebut dengan benchmarking dengan mencari tahu hal-hal yang berkembang di luar.

Terakhir, Gus Sholah menyampaikan gagasan tentang program pelatihan kewirausahaan bagi para mahasiswa. Bagi Gus Sholah, menciptakan wirausaha dari kalangan pesantren juga sangat penting dan diperlukan. Pada era ini, terang beliau, negara tidak bertempur dengan menggunakan militer, tetapi perang dengan media informasi dan perusahaan. Untuk itu, beliau menganggap perlunya menumbuhkan minat kewirausahaan di kalangan mahasiswa dan santri.


Pewarta:   Aros

Editor:     M. Abror Rosyidin

Publisher: M. Abror Rosyidin