(Dua dari kiri) KH. Salahuddin Wahid menjelaskan terkait hoaks dan problematika masyakarat hadapi pemilu 2019, dalam acara Oase Bangsa di Cafe Kunokini Surabaya, Rabu (20/2). (Foto: Ana)

Tebuireng.online- KH. Salahuddin Wahid menegaskan, bahwa dirinya tidak berpihak pada semua paslon. Hal itu kembali ditegaskan oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng saat menjadi narasumber dalam Oase Bangsa di Cafe Kunokini Surabaya pada Rabu (20/02/2019).

Gus Sholah turut mengimbau masyarakat agar menentukan pilihannya dengan keyakinan masih-masing. Selain menegaskan hal tersebut, Gus Sholah turut memaparkan data mengenai partai Islam maupun berbasis Islam yang turut andil dalam pemilu di tahun 2014.

“Saya ingin mengoreksi angka yang ditampilkan (oleh panitia) tadi, jadi partai Islam maupun yang berbasis Islam untuk pemilu 2014 sekitar 30%,” jelas Gus Sholah.

Tahun 1955 menurut Gus Sholah merupakan pemilu terbaik sepanjang sejarah Islam, karena, di tahun tersebut, partai-partai yang terlibat mewakili ideologi masing-masing. Baik itu ideologi Islam, ideologi Pancasila, ideologi komunis, dan murba. Yang membedakan antara pemilu di tahun tersebut dan masa kini, yaitu tidak adanya politik uang.

“Cuma waktu itu tidak ada politik uang, kecurangan, nah ini kan ribut. Debat kemarin kan ribut, setelah debatnya, baru ribut,” ungkapnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di tengah pemaparannya mengenai pemilu, Gus Sholah melontarkan pertanyaan seputar penerimaan uang. Dalam kasus ini Gus Sholah menyampaikan langsung, jika diberi uang, boleh diterima, karena itu merupakan sedekah. Yang tidak diperbolehkan, yaitu memilih yang memberikan uang.

“Jadi saya selalu menyampaikan pada (saat) pemilu-pemilu, kalau Anda diberi uang diterima atau tidak? Diterima, wong sedekah kok. Cuma, Anda tidak boleh memilih yang memberi uang. Itu anda disuap, kalau dikasih boleh. Jadi, justru Anda tidak boleh memilih yang memberi uang. Pilihlah yang lain!,” terang Gus Sholah.

Pewarta: Ana Saktiani Mutia
Publisher: RZ