KH. Salahuddin Wahid (tengah) saat menjadi pembicara dalam Halaqah Nasional Ulama Pesantren dan Cendikiawan, Gerakan Dakwah Aswaja Bela Negara di Pondok Pesantren al Hikam, Beji, Depok, Kamis (26/10/2017). (Foto: Amin Zen)

Tebuireng.online— Dalam acara Halaqah Internasional Pesantre. dan Cendekiawan Dakwah Aswaja Bela Negara pada Selasa dan Rabu (24-25/10/2017) di Pondok Pesantren al Hikam Beji, Depok, Pengasuh Pesantren Tebuireng, Dr. (H.C) KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah mengajak ulama pesantren untuk merangkul mantan kader-kader Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

“Kader-kader HTI tidak punya tempat lagi untuk berekspresi dan munangkan gagasannya, pasca organisasi tersebut dibubarkan oleh pemerintah,” ungkap Gus Sholah seperti yang dilansir oleh republika.co.id.

Gus Sholah juga mengatakan bahwa mantan kader-kader HTI sudah tidak perlu lagi berteriak-teriak mendirikan negara khilafah, karena menurut beliau, mereka tidak akan bisa mendirikan khilafah di Indonesia. “Jadi tidak perlu teriak-teriak, sudahlah. Pemerintah sudah membubarkan, kita anggap baik, tapikan tidak selesai,” ujar beliau kepada peserta halaqah.

Sudah diberitakan sebelumnya bahwa Gus Sholah tidak yakin HTI bisa membangun negara khilafah di Indonesia, karena menurut beliau, untuk mendirikan khilafah di Indonesia membutuhkan kekuatan yang sangat besar.

“Saya tidak yakin HTI itu bisa bikin negara Khilafah Islamiyah, apa yang dia punya? Dia gak punya apa-apa kok. Sama Banser aja kalah HTI. Bagaimana bisa mendirikan negara?,” ujar suami dari Nyai Hj. Faridah Salahuddin itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurut Gus Sholah kader-kader HTI harus mendapat pembinaan dari semua pihak, bukan justru disudutkan, karena mereka itu juga merupakan rakyat Indonesia, sehingga ke depannya mereka sadar bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman suku maupun agama.

“Bagaimana kita membina orang-orang HTI yang banyak jumlahnya dan kebanyakan itu dari perguruan tinggi non-agama. Ini harus kita rangkul, jangan kita sudutkan, ayo kita rangkul harus kita sadarkan mereka,” pungkas kiai yang juga mantan arsitek dan aktivis HAM tersebut.


Pewarta ulang:   Izzatul Mufidati

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin

Sumber:             republika.co.id