KH. Ahmad Muwafiq atau yang biasa dikenal dengan Gus Muwafiq, merupakan salah satu ulama yang berdomisili di Sleman, Yogyakarta. Gus Muwafiq yang merupakan salah satu orator NU ini lahir di Lamongan pada 2 Maret 1974. Dikenal sebagai ulama yang memiliki kedalaman ilmu dan kemampuan orasi, Gus Muwafiq juga mendalami berbagai ilmu lain, seperti ilmu sejarah dan peradaban yang disampaikan dalam bahasa yang lugas dan mudah diterima.
Beliau memiliki keunikan, dengan karakteristik suara yang lantang, perawakannya cukup tinggi dan besar. Kulitnya coklat kehitaman dan rambutnya yang gondrong sering dibiarkan menjuntai ke belakang punggung. Pakaian yang dikenakan biasanya serba putih, mulai peci, baju, hingga sarung, sehingga terlihat cukup kontras dengan kulitnya yang kehitaman. Gus Muwafiq yang merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) ini mengaku merasa nyaman dengan penampilannya, meski hanya menggunakan kaos oblong dan sandal jepit.
Salah satu murid kesayangan Gus Maksum ini pernah menjabat sebagai asisten pribadi KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), termasuk saat Gus Dur menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Kiai ini dulunya merupakan santri yang sudah lama mengenyam pendidikan di beberapa pesantren, sehingga pemahaman keagamaan yang dimiliki sangat mumpuni dan khas pada pemahaman Islam yang dianut mayoritas muslim Indonesia. Gus Muwafiq sangat sering membahas isu-isu terbaru dan memberikan penjelasan secara rinci yang mudah diterima.
Gus Muwafiq menghabiskan sebagian besar masa mudanya untuk memperbanyak ilmu dengan berpetualang dari satu pesantren ke pesantren yang lain, satu majelis ke majelis yang lain, dan satu komunitas ke komunitas yang lain. Tidak hanya mempelajari kitab-kitab klasik, Gus Muwafiq juga dikenal sebagai sosok yang gemar memburu barakah kiai. Bagi masyarakat NU berkah atau barakah merupakan hal yang paling utama.
Gus Muwafiq memulai pendidikannya dengan belajar sekolah dasar di kampungnya, daerah Lamongan. Setelah selesai sekolah dasar, beliau melanjutkan pendidikannya dengan sekolah menengahnya di Pesantren Bungah Gresik. Kemudian melanjutkannya lagi ke tingkat Aliyah, dengan belajar di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang, Semasa belajar di Jombang, Gus Muwafiq sudah dikenal kritis dan pandai berorasi.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Bahrul Ulum 1992, Gus Muwafiq sempat melanjutkan ke Pesantren Tebuireng Jombang. Lalu pindah ke Pondok Pesantren Paiton Probolinggo, kemudian lanjut lagi belajar ke Pesantren Lirboyo Kediri. Pada tahun 1994, Gus Muwafiq melanjutkan pendidikannya kembali dengan belajar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga, jurusan Dakwah Islamiyah. Di kampus, Gus Muwafiq menjadi aktivis, terutama di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Puncaknya, beliau pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Mahasiswa Islam se-Asia Tenggara.
Ulama satu ini mengasuh pondok pesantren Minggir, Sleman Yogyakarta. Meskipun jadwal pengajian yang harus dihadiri sangat padat, namun Gus Muwafiq tetap berusaha mengasuh santri-santrinya dalam konteks kehidupan pesantren. Gus Muwafiq tidak hanya dikenal dikalangan masyarakat Jawa saja, tetapi seluruh wilayah Nusantara bahkan dunia.
Ceramah yang disampaikan selalu menekankan konsep beragama yang humanis, mengedepankan toleransi, tegaknya NKRI, penguatan ideologi bangsa, jiwa nasionalisme dan juga wawasan Nusantara. Meski dikenal sebagai aktivis yang memiliki pengaruh kuat dalam organisasi, namun Gus Muwafiq lebih memilih konsisten dalam dunia dakwah, daripada dunia politik yang banyak didambakan para aktivis seusiannya pada masa itu. Pemahaman yang mendalam tentang sejarah Islam, politik, budaya dan juga realitas sosial yang ada membuat ceramah yang beliau sampaikan mudah diterima masyarakat dari berbagai kalangan khususnya warga Nahdliyin.
Penulis: Helvi