Tebuireng.online- Dr. (H.C.) KH. Ahmad Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus menjadi narasumber dalam acara seminar nasional dengan tema “Memadukan Keberagaman, Bangsa Termajukan” yang diadakan oleh Tebuireng Initiatives. Acara seminar nasional ini merupakan rangkaian acara peringatan 1 tahun wafatnya KH. Salahudin Wahid. Acara digelar secara virtual melalui zoom dan Channel Youtube Tebuireng Official pada hari Sabtu (06/02/21).

“Sosok Gus Sholah adalah sosok yang termasuk meneladani KH. Hasyim Asy’ari dalam menjaga persatuan, salah satunya dengan membangun dan mengembangkan peninggalan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dengan museum Islam,” ujar Gus Mus.

Kiai asal Rembang ini adalah salah satu dari sekian banyak penggemar KH. Hasyim Asy’ari, maka tak heran bahwasanya Gus Mus sangat mengapresiasi dan mengharap barokah dari Allah apa saja yang menjadi gagasan Tebuireng Initiatives dalam mengembangkan pemikiran-pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.

“Hadratussyekh ini, seperti yang ditulis oleh Sayyid M. As’ad Shahab, seorang wartawan dan penulis dari Lebanon, dengan judul buku Al’allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadiu li binati istiqlali Indunisia dan apabila diterjemahkan adalah KH. Hasyim Asy’ari peletak batu pertama kemerdekaan Indonesia, di dalam buku ini terlihat sekali kebesaran daripada KH. Hasyim Asy’ari dan hal tersebut juga didukung dengan tokoh-tokoh lain yang mengenal Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang ini.

Menurut Gus Mus, salah satu akhlak daripada KH. Hasyim Asyari adalah dapat menerima siapa saja dan tidak pernah merasa keki ketika bertemu dengan orang sebodoh apapun itu, bahkan KH. Hasyim Asy’ari juga merupakan sosok yang humoris.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Beliau juga menegaskan kembali perkataan KH. Abdul Hakim Mahfudz bahwasanya salah satu cara meneladani kikap Hadratussyaikh adalah dengan ilmu “Jarang saya melihat orang yang memiliki keluasan ilmu seperti KH. Hasyim Asy’ari, beliau dikenal dengan ahli hadis, padahal bukan hanya ahli hadis saja, tapi juga denga ahli fiqih, ahli tafsir dan juga ahli sastra tapi semua keahlian tersebut tertutupi dengan ke-alimannya, seorang Hadratussyaikh juga memiliki salah satu buku antologi puisi,” imbuhnya.

Maksud dari meneladani Hadratussyaikh dalam menjaga persatuan adalah dengan tidak berhenti mengaji dan tidak berhenti belajar. Karena hanya orang alim yang bisa mengamalkan ilmu, karena menurut Gus Mus, “Ciri-ciri orang yang sanad keilmuannya bersambung dengan Hadratussyaikh adalah dapat dilihat dari sikap i’tidal, menjaga harmonitas, kesatuan dan persatuan umat, dan sifat-sifat tersebut harus dari pemimpinnya terlebih dahulu yang harus terus dengan mengkaji pemikiran KH. Hasyim Asy’ari” hingga dengan ini mampu menampilkan Islam rahmatan lil ‘alamin yakni Islam yang menyejukkan dan bukan Islam yang intoleran, radikal dan ekstrem,” jelas Mustasyar PBNU ini.

Acara ini juga dimeriahkan dengan para narasumber yang lainya seperti Prof. Dr. KH. Haedar Nashir M.Si., KH. M. Cholil Nafis, Lc., Ph.D dan Alissa Wahid. Acara berjalan dengan lancar dan sangat kondusif.


Pewarta :Nur Indah