KH. Abdul Hakim Mahfudh (Gus Kikin), Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, dalam acara refleksi resolusi jihad, di halaman Pesantren Tebuireng, Sabtu (21/10/17). (Foto: Kopi Ireng)

Tebuireng.online- Dalam acara refleksi resolusi jihad yang diadakan oleh Pesantren Tebuireng pada hari Sabtu (21/10/17) di halaman pesantren, KH. Abdul Hakim Mahfudh (Gus Kikin), Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng memberikan sambutan sekilas mengenai resolusi jihad kepada seluruh santri.

Dalam kesempatan itu, Gus Kikin menjelaskan bahwa resolusi jihad terjadi berkat peristiwa pengkhianatan Belanda kepada Indonesia yang dilaporkan oleh Ir. Soekarno kepada Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. “Resolusi jihad merupakan suatu kejadian yang menggambarkan bagaimana santri mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” terang beliau.

“Mulai tahun 1916–1920 M, menjadikan peran Hadratussyaikh menonjol di masyarakat, dan juga ditulis oleh KH. Abdul Karim Hasyim dalam bukunya bahwa pada saat Jepang masuk ke Indonesia, 20.000 ulama yang menggerakkan massa Indonesia karena alumni Tebireng,” imbuh beliau.

Pada kurun waktu 5 tahun, lanjut Gus Kikin, KH. Hasyim Asy’ari menjadi acuan masyarakat dan seluruh alumni Tebuireng tersebar di seluruh daerah Indonesia dan berkumpul kembali untuk menggerakkan organisasi Nahdlatul Ulama yang dikemukakan oleh Hadratussyaikh.

“Pada tahun 1947, Bung Karno bertanya kepada KH. Hasyim Asy’ari mengenai cara mengusir penjajah. Dari sinilah fatwa berjihad mulai berkibar, Hadratussyaikh memberikan fatwa kepada Bung Karno untuk berjihad melawan penjajah,” kata beliau.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Beliau menjelaskan bahwa keadaan Indonesia yang saat itu masih kocar-kacir dan belum terkendali, membuat Bung Karno bertanya kepada Hadratussyaikh tentang cara berjihad melawan penjajah. Pada peristiwa tersebut, lahirlah resolusi jihad yang bisa membangkitkan semangat seluruh orang untuk melawan bentuk penjajahan di Indonesia.

“Saat meletusnya peristiwa 10 November, santri mulai berperan dalam perlawanan penjajahan. Di sini juga peran santri dimulai dan yang terpenting adalah terjun ke masyarakat,” sambungnya.

Lebih lanjut dalam ceramahnya, Gus Kikin menuturkan kepada seluruh santri mengenai peristiwa 10 November dan peran santri yang terdapat dalam peristiwa tersebut. Menurut beliau yang terpenting adalah santri harus berani terjun ke masyarakat guna mengamalkan apa yang telah didapat di pondok pesantren.


Pewarta: Mochammad Tajuddin

Editor: Munawara MS

Publisher: Rara Zarary