Santri Pesantren Tebuireng 2 melantunkan shalawat pada malam peringatan Hari Santri Nasional dan Resolusi Jihad pada Sabtu (21/10/2017). (Foto: Ifana)

Tebuireng.online— Pada Sabtu (21/10/2017), di bumi Pesantren Tebuireng 2 di Jombok Ngoro Jombang para santri menggemakan shalawat bersama asatidz dan para ustadzah dalam rangkan memperingati, Hari Santri Nasional dan Resolusi Jihad. Penampilan shalawat yang dilantunkan oleh grup al-Banjari Najmul Fatih Pesantren Tebuireng 2 ini, bertempat di lapangan basket outdoor SMA Trensains.

Santri tampak antusias dalam menikmati lantunan shalawat. Mereka mengikuti lafadznya sesuai irama dan megibarkan bendera Indonesia, NU, dan Santri Jombang. Sekitar 10 lagu dibawakan grup yang beranggotakan gabungan santri SMA Trensains lintas kelas itu.

Setelah pembacaan ayat suci Al Quran oleh Iqbal.  Penanggung jawab acara, Obi Gangsar mengucap terimakasih atas kehadiran dan kerjasama para santri. Ia berharap dengan shalawat yang dilantunkan, semoga diridoi Allah SWT, membawa keberkahan bagi pelantun dan pendengarnya, menjadikan kepribadian santri lebih baik, dan melepas amarah dalam ucapan keseharian.  Pesan yang ia sampaikan itu, sesuai dengan tema shalawat tahun ini, yaitu “Read Shalawat, Get Syafaat”

Kepala Pondok Tebuireng 2, Ustadz Umbaran memberikan wejangan dalam menyambut Hari Santri Nasional yang ke-3 ini. “Dengan mencintai, mengikuti tuntunan Nabi Muhammad SAW, bekerja samalah, membagi tugas karena tidak semua santri berdoa, mengaji tapi harus ada yang berjuang dengan memgang tonggak di baris terdepan,” ungkap mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tebuireng itu.

Ustadz Syaifullah berkesempatan hadir dalam acara ini sebagai pembicara. Ia menyampaikan substansi santri dan shalawat. “Shalawat tidak perlu lama, yang penting berkualitas,” ungkapnya. Menurutnya Shalawat akan memberikan ketenangan dan perlindungan bagi penikmatnya seperti shalawat badar.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Guru Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng itu menjelaskan, shalawat badar disusun oleh KH.  Ali Mansur Shiddiq dari Banyuwangi. Dalam kitab al Mandzmumah fi Ahli Badri al Musamma fi Jariyati al Muadzab, beliau menyebutkan nama para pejuang atau syuhada’ perang badar. Hal itu, lanjutnya, berdasar mimpi didatangi sosok berjubah putih bersorban hijau yang diyakini sebagai malaikat.

Ketika shalawat badar dilantunkan, lanjutnya, telinga pendengar dapat terguncang dan menangis. Hal itu menurutnya sebagai wujud munajat pada Allah SWT. “ Saat melawan PKI yang banyakk membunuh santri, shalawat badarpun dijadikan tawassul para santri kepada tentara atau syuhada’ saat perang badar dahulu. Munajat ini diterima Allah SWT, diridoi Nabi Muhammad SAW, santripun dapat menumpas habis PKI,” jelasnya.


Pewarta: Nabila Salma

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin