Tebuireng.online – Di lingkungan pesantren, istilah pengabdian merupakan hal yang sangat dikenal. Santri diajarkan untuk mengabdikan dirinya untuk pesantren, kiai, dan umat. Pesantren Tebuireng dengan Lembaga Diklat Kadernya berupaya mencetak generasi pengabdi yang tangguh.
“Pengabdian adalah kesempatan mengamalkan ilmu yang didapat. Kalau dirasakan sebagai tugas maka terasa lama. Mari kita lihat dari sisi lain, tidak banyak yang bisa mengikuti program diklat,” ucap Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin saat penutupan Diklat Kader Pesantren Tebuireng angkatan ke-5 pada Sabtu (12/05/2018) di Gedung Lembaga Diklat Kader Tebuireng Jombok Ngoro Jombang.
Gus Kikin mengatakan dalam diklat ini para peserta diberikan materi tentang kedisiplinan, keagamaan, psikologi, maupun softskill. Selain itu, untuk menjaga kedisiplinan, peserta diklat didampingi oleh dua pelatih yang berasal dari Resimen Induk Kodam V Brawijaya.
Gus Kikin berharap, santri tidak hanya memiliki ilmu agama saja, tetapi juga harus memiliki ilmu kepemimpinan. “Memimpin banyak orang yang ada disekitarnya dan kedepannya memimipin bangsa. Seperti hymne Pesantren Tebuireng ‘Bermanfaat di dunia, bahagia di akhirat’,” papar Gus Kikin.
Gus Kikin berpesan bahwa jika pengabdian dua tahun memang diwajibkan Pesantren Tebuireng, manusia memiki kewajiban pengabdian kepada Allah SWT. “Jadi jangan berat-berat dengan pengabdian. Jadi pengabdian sepanjang masa itu tidak ada dua tahun, lima tahun, dan seterusnya, tetapi sampai akhir hayat,” lanjut adik mantan pimpinan PSSI, H. Abdul Halim Mahfudz itu.
“Apa yang kita dapatkan utamanya di Tebuireng ini, kita mengabdi langsung kepada Allah SWT. Amalkan ilmu-ilmu yang didapat. Kalau bisa manfaat ke satu orang, satu orang. Kalau bisa dua orang, dua orang. Kalau bisa ke masyarakat luas, alhamdulillah,” harap Gus Kikin.
Peserta diklat kader Pesantren Tebuireng angkatan ke-5 berjumlah 19 santri putri. Hj. Lelly Abdul Hakim, istri Gus Kikin, menyampaikan beberapa poin utama dalam proses diklat. Di antaranya kekompakan, persaudaraan, dan kebersihan. “Kalian dilatih di sini, mudah mudahan bisa diimplementasikan ke diri kalian. Kemudian untuk anak-anak santri,” ungkap Nyai Lelly.
Setelah pelaksanaan diklat selama empat bulan ini, akan dilaksanakan pengabdian di Pesantren Tebuireng minimal selama dua tahun. “Jaga apa yang ada karena kita sudah menerima apa yang diberikan, kita jalani sesuai aturannya. Kalau kita jalani dengan ikhlas insya Allah lancar,” pesan Nyai Lelly.
Pewarta: Muhammad Masnun
Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin